Kuala Simpang (ANTARA) - Koordinator Pelaksana Teknis Lapangan Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee (BPBAP-UB) Provinsi Aceh Syarifudin mengatakan lokasi percontohan klaster budidaya udang vaname atau revitalisasi tambak bantuan Ditjen KKP RI di Kampung Dagang Setia, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang mulai ditiru oleh masyarakat.
“Sampai hari ini sudah ada masyarakat yang membangun tambak di sekitar klaster percontohan ini. Jaraknya dari sini 150 meter sebanyak lima kolam,” kata Syarifudin di Aceh Tamiang, Selasa.
Syarifudin menyampaikan hal ini pada saat panen parsial kedua udang vaname yang dihadiri langsung istri Menteri KP RI Ny Ernawati Trenggono dan istri-istri pejabat eselon I dan II di kementerian tersebut.
Baca juga: Istri Menteri KP RI hadiri panen udang vaname di Aceh Tamiang
Dijelaskan Syarifudin klaster ini sebagai pemantik atau pemicu untuk membangkitkan budidaya udang yang ada disekitar Aceh Tamiang untuk pengembangan berikutnya.
“Artinya dari sisi publikasi dan diseminasi itu tepat karena sudah ada yang meniru. Nah, dari sisi produksi kita harus bercerita secara maksimal, karena ini risiko teknisnya juga ada kemudian padat modal juga iya, sehingga memang betul-betul harus dikelola dengan baik sesuai dengan SOP yang berlaku,” jelas Syarifudin.
Baca juga: DPKP Aceh Tamiang targetkan 5 ton panen parsial udang vaname
Menurutnya sampai hari ini di umur udang vaname 87 hari dengan size rata-rata 45 ekor/kg, kondisi udang terpantau sehat dan diyakini bisa finis panen sampai di atas 100 hari.
“Hari ini kita coba panen parsial kedua untuk mengurangi populasi sehingga sisa populasi yang ada di dalam tambak itu bobotnya bertambah. Itu tujuan utama,” beber Syarifudin.
Selain itu lanjut Syarifudin, kebutuhan dari pakan dan listrik bisa tercover dari hasil penjualan setiap panen parsial. Diketahui dari panen parsial kesatu dan kedua produksi udang yang ditargertkan 9 ton bisa tercapai dengan harga tolak ke agen penampung di Medan Rp40-70 ribu/kg. “Inilah keunggulan dari budidaya udang vaname,” sebutnya lagi.
Baca juga: DKP Aceh latih teknisi tambak untuk kejar produksi dua juta ton udang 2024
Pihaknya pun memprediksikan sampai dengan umur udang 100 hari atau 12 hari ke depan target udang yang tersisa setelah panen 100 hari nanti minimal ada 15 ton lagi. BPBAP Ujung Batee sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP RI) berharap ini bisa menjadi role model sebuah budidaya udang.
“Karena kita buat lengkap, mulai dari waduk, tendon terpal lalu kemudian Ipal. Sehingga kita tidak hanya bercerita tentang ekonomi, finansial dan pendapatannya seperti apa, tapi dari ekologi kita juga harus mampu sehingga poin yang terpenting kelompok betul-betul bisa kelola dengan baik,” imbuhnya.
“Kita berharap bukan hanya 11 petak nanti yang bisa mereka manfaatkan tapi bisa berkembang. Nah, itu kita serahkan ke kelompok. Tentunya kami dari pihak Balai sebagai pelaksana teknis tetap harus mengawal sampai betul-betul mereka sefty dari segi teknis dari segi pengalaman,” tambahnya.
Terkait kehadiran istri Menteri KKP RI dan rombongan ia memaknai ini sebagai poin penyemangat bagi mereka selaku anak dan staf KKP RI. BPBAP Ujung Batee merasa senang dan bahagia melihat antusias Ibu Ernawati Trenggono yang awalnya dijadwalkan hanya satu jam kunjungan ke tambak tapi bisa berlangsung dua jam lebih.
“Jadi dari situlah kita bekerja ini ada dukungan dari atas rasa capek itu hilang,” pungkasnya.