"Sepeda motor saya dan rekan saya yang diparkir di barak penitipan di lokasi wisata tersebut diduga dibakar. Semuanya ada enam unit sepeda motor,"kata Andi, pemilik sepeda motor yang dibakar, di Lhokseumawe, Selasa.
Andi mengatakan dirinya dan rekan-rekannya berangkat ke lokasi wisata tersebut pada Sabtu (7/5). Mereka memarkirkan sepeda motor di barak penitipan karena harus berjalan kaki hingga enam jam menuju air terjun Tujuh Bidadari.
"Sepulang dari air terjun pada Senin (9/5) sekira pukul 18.00 WIB, kami terkejut melihat sepeda motor kami hangus. Bahkan tiga di antaranya tinggal kerangka saja. Anehnya, saat kami tiba di lokasi, petugas parkir tidak ada," kata Andi.
Padahal, kata Andi, biaya memarkirkan kendaraan di barak penitipan yang diberi nama "Barak Komando" sebesar Rp20 ribu untuk setiap sepeda motornya.
Menurut keterangan warga setempat, kata Aceh, sepeda motor diduga dibakar terjadi pukul 03.00 WIB, saat petugas parkir sedang tidur.
"Kami sempat menelepon tukang parkirnya, namun terkesan lepas tangan dan berdalih sepeda motor tersebut terbakar akibat korsleting listrik. Padahal sepeda motor dalam keadaan mati. Kalau memang dijaga, mana mungkin bisa sampai enam yang terbakar," katanya.
Andi mengatakan dirinya bersama rekan-rekan sudah melaporkan peristiwa tersebut ke polisi.
Kepala Seksi Humas Polres Lhokseumawe Salma Alfarisi mengatakan pihaknya sudah menurunkan tim ke lokasi kejadian untuk menyelidiki penyebab enam motor wisatawan yang terbakar tersebut.
"Kami belum dapat memastikan apakah sepeda motor tersebut dibakar atau terbakar karena masih dalam penyelidikan," kata Salman Alfarisi.