Kairo/Dubai (ANTARA Aceh) - Penguasaan kembali Aden oleh tentara koalisi Arab Teluk pada musim panas lalu gagal memberi ketenangan dari perang saudara di Yaman, dengan warga menghadapi gelombang serangan bom dan senjata yang melumpuhkan usaha-usaha menstabilkan kota itu.
Tujuh bulan setelah para pemberontak dari milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran didesak keluar kota pelabuhan yang strategis itu, hampir tiap hari terjadi pembunuhan hakim, perwira keamanan dan kepolisian.
Sejak Juli koalisi Teluk dan pasukan keamanan setempat telah berjuang memberlakukan ketertiban di Aden, membuka jalan bagi kelompok-kelompok bersenjata Negara Islam, Alqaida dan lain-lain beroperasi di sana.
Tantangan-tantangan di Aden menunjukkan bagaimana kesulitan untuk memulihkan ketertiban di sebuah negara yang dilanda konflik berbulan-bulan. Lebih 6.000 orang tewas akibat konflik itu dan para militan telah mengeksploitasi kelemahan di bidang keamanan.
Di distrik Mansoura, Aden, para anggota Alqaida telah bentrok di jalan-jalan dengan pasukan keamanan lokal. Empat tentara Yaman dan tiga warga sipil terbunuh dalam bentrokan-bentrokan sengit Senin malam antara pasukan keamanan dan para militan tersebut di Mansoura lama, kata seorang pejabat lokal pada Selasa.
Sejumlah warga melaporkan bahwa ledakan-ledakan terjadi di kawasan itu sementara pesawat tempur yang diyakini milik koalisi Arab terbang di atasnya, dan bentrok senjata terjadi sehingga sebuah mal yang baru dibangun terbakar.
Pejabat setempat itu mengatakan sejumlah pria bersenjata yang belum diketahui kelompok asalnya apakah dari Alqaida atau IS diduga kuat bersembunyi di kawasan itu di antara ratusan warga sipil.
Seorang saksi mata yang mengatakan kepada kantor berita Reuters melukiskan suasana tegang di kawasan itu sementara warga tinggal di dalam rumah mereka demi keamanan dan para militan bersenjata berjalan di jalan-jalan.
Beberapa warga mengatakan satu keluarga yang terdiri atas dua anak perempuan dan orangtuanya meninggal ketiga serangan dengan senjata berat mengenai apartemen sementara mereka sedang tertidur.
Koalisi pimpinan Saudi melancarkan operasi tahun ini untuk mencegah kelompok Houthi, yang Riyadh pandang sebagai sekutu Iran, mengambil kendali Yaman setelah para pemberontak menguasai banyak wilayah di bagian utara Yaman. Kelompok Houthi membantah mendapat dukungan dari Iran dan menuding koalisi itu melancarkan agresi.
Berlanjutnya kekerasan mengganggu kampanye Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung koalisi itu untuk membawa ketertiban dan keamanan di Aden dengan memerangi Houthi dan satuan-satuan tentara yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
"Kalau situasi kami biarkan seperti ini, Anda akan punya situasi seperti di Libya," kata Brigadir Jendral Ahmed Asseri, juru bicara koalisi, merujuk kepada situasi di Yaman keseluruhan.
Banyak orang yang menentang kelompok Houthi akan membentuk milisi sendiri, katanya, dan IS juga akan melihat suatu peluang.
"Situasi akan rumit. Jadi saya fikir ketika kita mulai sesuatu kita harus menyelesaikannya, dengan membawa keamanan dan stabilitas ke Yaman," kata Asseri kepada Reuters.
Tujuh bulan setelah para pemberontak dari milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran didesak keluar kota pelabuhan yang strategis itu, hampir tiap hari terjadi pembunuhan hakim, perwira keamanan dan kepolisian.
Sejak Juli koalisi Teluk dan pasukan keamanan setempat telah berjuang memberlakukan ketertiban di Aden, membuka jalan bagi kelompok-kelompok bersenjata Negara Islam, Alqaida dan lain-lain beroperasi di sana.
Tantangan-tantangan di Aden menunjukkan bagaimana kesulitan untuk memulihkan ketertiban di sebuah negara yang dilanda konflik berbulan-bulan. Lebih 6.000 orang tewas akibat konflik itu dan para militan telah mengeksploitasi kelemahan di bidang keamanan.
Di distrik Mansoura, Aden, para anggota Alqaida telah bentrok di jalan-jalan dengan pasukan keamanan lokal. Empat tentara Yaman dan tiga warga sipil terbunuh dalam bentrokan-bentrokan sengit Senin malam antara pasukan keamanan dan para militan tersebut di Mansoura lama, kata seorang pejabat lokal pada Selasa.
Sejumlah warga melaporkan bahwa ledakan-ledakan terjadi di kawasan itu sementara pesawat tempur yang diyakini milik koalisi Arab terbang di atasnya, dan bentrok senjata terjadi sehingga sebuah mal yang baru dibangun terbakar.
Pejabat setempat itu mengatakan sejumlah pria bersenjata yang belum diketahui kelompok asalnya apakah dari Alqaida atau IS diduga kuat bersembunyi di kawasan itu di antara ratusan warga sipil.
Seorang saksi mata yang mengatakan kepada kantor berita Reuters melukiskan suasana tegang di kawasan itu sementara warga tinggal di dalam rumah mereka demi keamanan dan para militan bersenjata berjalan di jalan-jalan.
Beberapa warga mengatakan satu keluarga yang terdiri atas dua anak perempuan dan orangtuanya meninggal ketiga serangan dengan senjata berat mengenai apartemen sementara mereka sedang tertidur.
Koalisi pimpinan Saudi melancarkan operasi tahun ini untuk mencegah kelompok Houthi, yang Riyadh pandang sebagai sekutu Iran, mengambil kendali Yaman setelah para pemberontak menguasai banyak wilayah di bagian utara Yaman. Kelompok Houthi membantah mendapat dukungan dari Iran dan menuding koalisi itu melancarkan agresi.
Berlanjutnya kekerasan mengganggu kampanye Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung koalisi itu untuk membawa ketertiban dan keamanan di Aden dengan memerangi Houthi dan satuan-satuan tentara yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
"Kalau situasi kami biarkan seperti ini, Anda akan punya situasi seperti di Libya," kata Brigadir Jendral Ahmed Asseri, juru bicara koalisi, merujuk kepada situasi di Yaman keseluruhan.
Banyak orang yang menentang kelompok Houthi akan membentuk milisi sendiri, katanya, dan IS juga akan melihat suatu peluang.
"Situasi akan rumit. Jadi saya fikir ketika kita mulai sesuatu kita harus menyelesaikannya, dengan membawa keamanan dan stabilitas ke Yaman," kata Asseri kepada Reuters.