Kuala Simpang (ANTARA) - Ratusan warga maupun santri deklarasi Kampung Tangguh Pancasila di Kampung Sidodadi, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang sebagai upaya pencegahan bersama menolak ajaran paham radikalisme.
Peluncuran program kampung tangguh ini dibuka oleh Bupati Aceh Tamiang dan dihadiri seluruh unsur Forkopimda, Kepala SKPK, tokoh agama dan masyarakat serta hadir juga perwakilan Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Bupati Aceh Tamiang, Mursil menegaskan agar masyarakat Aceh Tamiang tidak mudah terhasut dan termakan dengan ajaran yang mengatasnamakan Islam, tetapi lari dari aqidah ajaran Islam yang sebenarnya.
"Pancasila, UUD 1945 dan NKRI harga mati dan tak ada tawar menawar, harus dipertahankan sampai titik akhir hidup kita sebagai warga negara," tegasnya.
"Jangan ada lagi yang merong-rong Pancasila. NKRI harga mati, Islam adalah agama yang sangat universal bukan agama yang membawa paham teroris. Islam dan Pancasila, sudah selesai titik tidak ada yang lain," katanya lagi.
Mursil terlihat sangat keras saat menyampaikan kata sambutan lounching kamoung tangguh Pancasila. Karena baginya masalah ideologi ini pemimpin harus keras dan tegas.
"Jangan karena melihat seorang guru alim terus masyarakat terkontaminasi dengan paham intoleran dan radikalisme yang diajarkannya.
"Kalau Islam yang sebenarnya, mana ada mengaji pada tengah malam, belajar sembunyi-sembunyi, hal itu pantas dicurigai sebab islam tidak pernah menutup diri dalam mengajarkan Islam," ungkapnya.
“Saya minta tak ada lagi aliran-aliran yang menyesatkan aqidah Islam, tak ada toleransi dan tawar menawar, terkait ideologi negara kita yakni Pancasila," sambungnya.
Bila dikemudian hari masih kedapatan ada kegiatan pengajian atau majelis taklim membawa ajaran menyimpang dari ideologi Pancasila, Mursil sebagai kepala daerah mengancam akan mengambil alih bahkan menutup pengajian yang menganut paham radikal di kampung-kampung yang dicurigai atau terindikasi menyebarkan ajaran sesat tersebut.
Datok Penghulu (Kepala Desa) Kampung Sidodadi Ponirun mengatakan jumlah warga yang mengikuti deklarasi peluncuran Kampung Tangguh Pancasila sekitar 1.000 orang meliput santri pesantren Al Hidayah dan penduduk dari 423 kepala keluarga yang tersebar ditiga dusun.
Mayoritas penduduk Sidodadi, sebut Ponirun berprofesi sebagai petani dan pekebun. Sebagian kecil ada yang PNS dan karyawan perusahaan perkebunan. Sebelumnya empat orang warga Sidodadi diamankan aparat Densus 88 karena terlibat jaringan teroris JI. Mereka adalah guru mengajar di Ponpes Al Hidayah desa setempat.
"Saya berharap dengan deklarasi kampung tangguh Pancasila timbul peran serta seluruh masyarakat untuk meningkatkan rasa cinta pada Pancasila dan NKRI tidak ikut dalam aliran yang menyesatkan,” harap Ponirun.