Sabang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta agar masyarakat tidak menganggap remeh masalah stunting karena akan berdampak hingga anak dewasa.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, Kamis, mengatakan persoalan stunting memang harus dipikirkan lebih jauh dan mendalam, karena dampaknya akan terbawa sampai anak tumbuh dewasa.
"Kita harus fokus pada program kerja. Ada dua programnya yang pertama terkait dengan spesifik, kemudian yang kedua terkait dengan sensitif. Spesifik itu dampaknya 30 persen, sedangkan sensitif itu 70 persen,” kata di Kota Sabang.
Hal itu disampaikan Bonivasius dalam kegiatan Evaluasi Kinerja Sekretariat TPPS dalam Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota, yang berlangsung di Kota Sabang, Provinsi Aceh.
Ia menjelaskan program spesifik lebih kepada penanganan stunting secara langsung, yakni penanganan secara klinis atau medis, pemberi makan tambahan, peningkatan gizi dan lain sebagainya.
Sedangkan program sensitif yang paling berat mengacu pada pola makan anak, pola asuh, kebiasaan dan lainnya. Namun, saat ini yang menjadi masalah adalah pola pikir dan budaya masyarakat.
Ia mengatakan untuk mengejar angka (target) 14 persen dan tidak memunculkan stunting baru, maka harus mencegah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi dan pola asuh yang tepat bagi anak.
Pj Wali Kota Sabang Reza Fahlevi mengatakan pihaknya terus berupaya mencapai target penurunan angka stunting d Kota Sabang.
Ia juga berharap akan kesadaran keluarga terhadap pentingnya imunisasi pada anak sejak dini, agar terhindar dari berbagai penyakit.
"Imunisasi adalah program pemerintah untuk melindungi anak bangsa sebagai generasi penerus negeri ini. Kita semua harus terlibat dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya imunisasi dan selalu mengunjungi Posyandu untuk memeriksa kondisi anak secara berkala," kata Reza.
Pemerintah Kota Sabang terus mengambil langkah positif untuk memaksimalkan penurunan angka stunting. Sejauh ini, berbagai upaya telah dilakukan seperti pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi serta sosialisasi yang juga kerap dilakukan kepada masyarakat.
"Pemerintah bersama berbagai pihak, terus mengambil langkah-langkah positif untuk memaksimalkan stunting yang salah satunya dengan cara pendekatan melalui sosialisasi kepada keluarga dan masyarakat," katanya.
Kepala Perwakilan BKKBN Aceh Sahidal Kastri menyebutkan, pravelensi stunting di Sabang termasuk rendah di tingkat Aceh, sebesar 23,8 persen. Namun jarak yang dikeluarkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu sebesar 20 persen.
"Kita berharap angka stunting di Kota Sabang pada tahun 2023 turun menjadi 20,71 persen atau turun sebesar 3,10 persen," kata Sahidal.
BKKBN minta tak anggap remeh masalah stunting
Kamis, 17 November 2022 18:35 WIB