Pj Ketua Dekranasda Pidie Suaidah Sulaiman, Sabtu, mengatakan bahwa pelatihan yang bekerjasama dengan Disdikbud Pidie yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) itu dilaksanakan untuk melestarikan peninggalan budaya Aceh sejak zaman dulu serta terus mempertahankannya.
“Puluhan guru ini kita latih selama empat hari agar nantinya mereka mampu meneruskannya untuk semua pelajar di sekolah masing-masing,” kata Suaidah Sulaiman.
Baca juga: Pemkab Aceh Besar dukung program sertifikasi halal usaha kuliner
Baca juga: Pemkab Aceh Besar dukung program sertifikasi halal usaha kuliner
Suaidah menyampaikan, langkah Ini merupakan salah satu upaya Pemkab Pidie untuk membekali pengetahuan keterampilan bernilai ekonomis dan juga karya yang berasal dari daerah sendiri.
Karena, kata dia, anak muda adalah penerus generasi dan harus peduli terhadap aset daerahnya, sehingga tidak direbut oleh orang lain.
“Maka kita kenalkan produk lokal yang sudah dikenal hingga ke Mancanegara. Jika tahapan ini berhasil, akan dibentuk paguyuban yang bisa menghasilkan karya-karya lain di bawah naungan Dekranasda,” ujar Suaidah.
Sementara itu, Pj Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto mengapresiasi pelaksanaan pelatihan tersebut karena memang sangat bermanfaat bagi generasi muda, sehingga mereka tidak hanya disibukkan dengan bermain gadget.
“Tidak sekedar kerajinan yang menghasilkan materi tetapi ada nilai-nilai moral untuk membangun masyarakat Pidie seperti filosofi kupiah tersebut,” kata Wahyudi.
Dirinya menuturkan, saat ini banyak generasi muda yang mulai luntur kepedulian mereka terhadap budaya, hal itu karena telah disibukkan dengan smartphone, game online hingga terjerumus narkoba.
Maka, pelatihan keterampilan ini dinilai sangat bermanfaat untuk pembekalan masa depan generasi muda dengan menghasilkan karya seperti kupiah riman, kupiah meukeutop, tikar anyaman, kasab, gerabah, serta aneka kuliner khas yang harus diajarkan.
"Sibukkan mereka dengan berbagai inovasi, pengetahuan keterampilan dan budaya bangsa yang sesuai dengan Syariat Islam,” demikian Wahyudi Adisiswanto.