Singkil (ANTARA Aceh) - Rudianto, Warga Pulo Sarok, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, berhasil meraup omset puluhan juta rupiah per bulannya hanya dengan memasarkan anakan burung murai batu.
Rudiantoro yang juga hobi burung kicau di Singkil, Minggu menyatakan, dirinya yang mulai tertarik mengembangkan usaha ternak burung murai batu ini 1,5 tahun lalu itu mampu memasarkan delapan hingga 10 ekor anakan per bulan, dengan harga Rp2,1 juta per ekor.
Kini lokasi ternak burung yang di samping rumahnya mulai menjadi peluang bisnis yang cukup menggiurkan. Dalam sebulan, ternak burungnya bisa meraup untung mencapai puluhan juta rupiah.
"Selain untuk lokal Aceh pemasaran murai batu juga hingga ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, yang kini sudah antri mencapai 71 pelanggan menunggu anak burung," katanya.
Burung murai batu yang memiliki nama latin Copsychus malabaricus adalah jenis burung pengicau yang juga disebut dengan nama kucica hutan.
Suara kicauannya yang khas merupakan daya tarik tersendiri, sehingga para pecinta atau penghobi burung sering memelihara burung berukuran 7-14 inchi ini di sangkar yang khusus, katanya.
Burung murai yang Rudiantoro ternakkan adalah murai batu jenis super yang memiliki panjang ekor rata-rata 22 cm asli dari unggas populasi hutan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil.
Dikatakan, usahanya yang dimulainya sejak tahun 2014 tersebut, kini mampu menghasilkan anakan burung murai batu sebanyak 8 hingga 10 ekor dalam sebulan.
Jika dijual per satu pasang anakan, harganya bisa mencapai lebih dari Rp3 juta, sedangkan harga satu pasang burung dewasa Rp5 juta.
Namun untuk hasil penangkaran Roni, harga burung anakan dibandrol di atas harga pasaran karena induknya pernah memenangkan lomba.
Dari usaha penangkaran tersebut, omset yang diperoleh Rudiantoro dalam sebulan bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Dalam menjalankan bisnis ternak ini, Rudiantoro hanya menghadapi kendala pakan atau makanan ternak jangkrik dan ulat hongkong yang dibeli dari Medan, Sumatera Utara yang tergolong jauh, dengan harga Rp100 ribu/Kg.
Budiantoro juga mengatakan awal dari pengalamannya usaha ternak burung murai batu didasari dengan hobi dan sering ikut perlombaan kicau mania.
Kemudian, berkeinginan mengembangkan usahanya, Rudiantoro, belajar dari internet seperti youtube.
Hingga sekarang ternak burungnya sebanyak 14 kandang, per pasangnya yang berproduksi dua minggu sekali dan siap dipasarkan sebulan sekali untuk lokal maupun luar daerah.
"Nilai jual burung murai batu Aceh Singkil juga sangat mahal ketimbang daerah-daerah lain, sebab selain volum kicaunya yang tinggi juga bentuk tubuhnya yang ramping dan berekor panjang," kata Rudiantoro.