Banda Aceh (ANTARA) - Ratusan emak-emak dari puluhan gampong di Mutiara Raya, Kabupaten Pidie, Aceh, meriahkan Festival Tot Apam, tradisi memasak apam, penganan dari beras yang diberi santan dalam rangka menyambut Isra Mikraj
Festival dipusatkan di Gampong Meunasah Paga, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Sabtu. Festival digelar Ikatan Mahasiswa Pelajar dan Masyarakat (IMPM) Mutiara Raya.
Dalam festival tersebut, ratusan emak-emak dari 74 gampong atau desa di Mutiara Raya, meliputi Kecamatan Mutiara dan Kecamatan Mutiara Raya, berlomba memperagakan memasak apam.
Baca juga: Mr Phep keumamah, kelezatan sambal ikan tongkol ala Aceh
Mereka memasak dengan cara membakar menggunakan gerabah. Sedangkan api pembakaran menggunakan daun kelapa kering.
Selain memeragakan cara tradisional memasak apam, mereka juga berlomba dalam hal penyajian. Apam yang dimasak kalangan emak-emak tersebut disantap bersama pengunjung yang menghadiri festival tersebut.
Ketua IMPM Zulmahdi Hasan mengatakan festival tersebut merupakan yang ke empat digelar organisasi paguyuban masyarakat Mutiara Raya. Festival gelar sebagai upaya melestarikan tradisi tot apam. Tot dalam bahasa Aceh artinya membakar.
"Tradisi tot apam ini merupakan warisan endatu yang sudah berlangsung turun-temurun. Tot apam tersebut tradisi yang biasa digelar di bulan Rajab dalam rangka menyambut Isra Mikraj. Biasanya kami menyebut bulan apam," kata Zulmahdi Hasan.
Baca juga: Desa wisata Gampong Nusa lestarikan kuliner Toet Tumpoe yang mulai hilang
Jamaluddin Abdullah, tokoh masyarakat Mutiara Raya, mengatakan festival tot apam digelar untuk menguatkan silaturahmi masyarakat. Masyarakat juga begitu antusias mengikuti festival tersebut.
"Apam ini merupakan kuliner khas Aceh, khusus masyarakat Mutiara Raya, Kabupaten Pidie. Dengan festival ini kami berharap tradisi tot apam bisa diwariskan kepada berikutnya," kata Jamaluddin Abdullah
Ketua Majelis Adat Aceh Tgk Yusdedi mengatakan tot apam merupakan tradisi turun-temurun dilakukan masyarakat Aceh. Apam ini hampir sama dengan di daerah lain yang disebut serabi.
"Tradisi tot apam ini tidak ditemukan di bulan-bulan lainnya, kecuali bulan Rajab. Rajab ini sebuah bulan dalam tahun Hijriah. Tradisi tot apam ini juga bagian dari adat masyarakat Aceh dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan," kata Tgk Yusdedi.
Menyangkut tradisi membakar apam menggunakan gerabah dengan api dari pembakaran daun kelapa kering, Tgk Yusdedi mengatakan hal itu merupakan kearifan lokal yang turun-temurun.
"Zaman dulu tidak ada elpiji maupun minyak tanah, makanya masyarakat menggunakan daun kelapa kering. Dan ini kearifan lokal yang terus dipertahankan. Oleh karena itu, masyarakat harus terus melestarikan tradisi tersebut untuk diwariskan kepada generasi berikutnya," kata Tgk Yusdedi.
Baca juga: Kelapa Bakar laris di PKA 8, terjual 50 buah setiap hari
Baca juga: Pemkab Nagan Raya sajikan masakan di atas batu Giok di arena PKA