Moment Idul Fitri sepertinya tidak bisa dilewatkan bagi muda mudi di Kabupaten Aceh Singkil, karena pada hari raya itu mereka selalu membuat kegiatan pawai atau karnaval ''Simotu'' yakni keliling kampung bertujuan menggalang singgah dari pintu ke pintu.
Bagi pemuda pemudi di Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun temurun.
Simotu dari bahasa daerah Melayu Deli berarti sesuatu makhluk atau hantu yang menyeramkan.
Jadi, masyarakat dan pemuda yang ikut karnaval wajib mengenakan kostum makhluk yang menyeramkan, seperti hantu kuntil anak, palasik, gundoruwo, dan makhluk berdarah yang menyeramkan sembari berpawai keliling desa di siang hari, sehingga terkesan menakut bagi anak-anak dan terkadang unik dan lucu.
Pawai Karnaval Simotu sudah mentradisi turun temurun di Gosong Telaga dan turut memeriahkan Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah, kata Ridwan, penduduk setempat.
Simotu diikuti ratusan pemuda dari Desa Gosong Telaga Utara, Selatan dan Timur, Kecamatan Singkil Utara berpawai keliling kampung diiringi penabuh gendang.
Para karnaval memakai kostum sederhana dan tidak begitu mahal yang hanya terbuat dari barang-barang bekas seperti karung beras, kardus, daun pisang kering, gaun kuntil anak dan berdandan bedak tebal seperti drakula.
Ratusan pemuda bernyanyi dan meneriakkan yel-yel lelucon yang membuat riuh, heboh dan ramai.
Ridwan mengatakan tradisi Simotu ini selalu dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal yakni diawal Idul Fitri di sore hari.
Selain untuk menghibur warga, Simotu juga bertujuan menggalang dana kegiatan acara pemuda yakni halal bihalal di desa mereka.
Meski kegiatan Simotu ini selalu dilaksanakan setiap tahun, namun tidak ada warga yang tahu pasti siapa yang pertama kali memiliki ide dan kapan pertama kali Simotu ini dilaksanakan, namun kegiatan ini selalu dinantikan setiap tahunnya.
Dulu, kata Ridwan, Simotu berpawai keliling kampung menghibur warga singgah ke rumah-rumah meminta kue kering untuk dimakan bersama, namun terkadang para pawai meminta kue kering kemudian diuangkan untuk acara pemuda.
Afrijal, Ketua Panitia Simotu mengatakan hal yang sama. Simotu adalah acara pemuda di Gosong Telaga yang sangat menghibur dan penuh kemeriahan sekali.
Meski letih namun para pemuda tetap semangat melakukan Karnaval Simotu, karena tidak ingin anak-anak dan warga Kemukiman Gosong Telaga kecewa.
Dalam kegiatan pawai, para pemuda singgah ke rumah rumah sambil bernyanyi mengenakan kostum unik menyeramkan seperti topeng hantu, kuntil anak dan lucu juga mengenakan kostum banci.
"Warga biasanya akan memberikan kue kering seperti kue sumpit dan kembang loyang kepada panitia Simotu, kemudian seluruh kue hasil sumbangan warga itu, akan dikumpulkan untuk kegiatan halal bihalal seperti tahun yang sudah-sudah," tuturnya.
Saat ini, kata Aprijal, warga lebih memilih untuk menyumbangkan uang sesuai yel yel yang mereka nyanyikan, "kue sapik uangkan sajo cik" yang berarti kue sumpitnya uangkan saja buk.
Dikatakan, Simotu adalah tradisi kearifan lokal yang selayaknya dipertahankan dan dilestarikan. Bayangkan, betapa suasana Gosong telaga di tengah banyaknya acara bertamu silaturrahim sesama keluarga di hari lebaran sangat terhibur melihat acara karnaval Simotu.
Makanan yang disajikan hampir sama di setiap rumah, kue kering, kue basah, makanan tetap disantap dengan semangat. Tapi bila diberikan berupa uang maka akan dikumpulkan untuk acara halalbil halal.
Intinya, tambah Aprijal, berbagai tradisi dilakukan untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri 1438 Hijriah, termasuk tradisi unik dari Gosong Telaga, Aceh Singkil bernama Karnaval Simotu.