Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Aceh mengalami inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,50 persen pada September 2024, dengan komoditas penyumbang inflasi paling dominan yakni sigaret kretek mesin, tarif air minum PAM, dan emas perhiasan.
Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Selasa, mengatakan inflasi Aceh secara yoy atau tahunan sebesar 1,50 persen pada September 2024 atau lebih rendah dibanding bulan lalu sebesar 2,29 persen secara yoy.
“Secara nasional inflasi tahunan pada September 2024 sebesar 1,84 persen. Pencapaian yoy Aceh ini masih lebih rendah dibandingkan secara nasional,” kata Riswan.
Baca juga: Pemkab Aceh Besar siap jalankan sembilan langkah pengendalian inflasi
BPS Aceh mengukur inflasi berdasarkan lima kota indeks harga konsumen (IHK) Aceh, meliputi Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Barat, Aceh Tamiang dan Aceh Tengah.
“Sigaret kretek mesin menjadi yang memberi andil paling besar inflasi secara tahunan, diikuti tarif air minum PAM, emas perhiasan, beras, dan cabai rawit,” ujarnya.
Kelima komoditas yang paling besar menyumbang inflasi di Tanah Rencong itu di antaranya sigaret kretek mesin sebesar 0,39 persen, tarif air minum sebesar 0,32 persen, emas perhiasan 0,31 persen, beras sebesar 0,27 persen, dan cabai rawit 0,09 persen.
Di sisi lain, BPS menyebutkan bahwa Aceh mengalami deflasi sebesar 0,52 persen secara month-to-month/mtm pada September 2024.
Komoditas penyumbang dominan deflasi Aceh secara bulanan yaitu tarif air minum PAM sebesar 0,28 persen, cabai merah 0,27 persen, bensin 0,05 persen, beras 0,04 persen dan kentang 0,03 persen.
Kata Riswan, pada September 2024, tarif air minum PAM menjadi salah satu penyumbang inflasi Aceh secara tahunan yakni sebesar 0,61 persen. Namun, kondisi ini secara perlahan dapat teratasi melalui kerja kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) provinsi.
“Bulan lalu, salah satu penyumbang inflasi adalah tarif air PAM karena ini merupakan tarif yang dikelola pemerintah, namun dengan adanya kolaborasi di TPID secara provinsi, ada sebuah kreativitas luar biasa mengenai diskon tarif, sehingga bisa menstabilkan dari sumbang (inflasi, red) tarif air PAM,” katanya.
BPS menambahkan, pada September 2024, tiga daerah IHK di Aceh mengalami deflasi secara bulanan yakni Banda Aceh sebesar 0,89 persen, Aceh Tengah 0,70 persen dan Aceh Tamiang 0,48 persen. Sedangkan dua lainnya mengalami inflasi yakni Lhokseumawe 0,14 persen dan Meulaboh, Aceh Barat sebesar 0,07 persen.
“Dilihat dari bulan sebelumnya, mayoritas kabupaten/kota, inflasi mengalami penurunan, kecuali Meulaboh,” katanya.
Sementara secara tahunan, kelima daerah IHK tersebut mengalami inflasi pada September 2024. Inflasi tahunan paling tinggi terdapat di Meulaboh, Aceh Barat sebesar 2,40 persen, sedangkan inflasi paling rendah di Aceh Tamiang 0,47 persen.
“Dibandingkan bulan sebelumnya mayoritas tingkat inflasi secara tahunan terjadi penurunan kecuali Aceh Tamiang,” ujarnya.
Baca juga: BPS: Tarif air minum dominan sumbang inflasi tahunan Aceh pada Agustus