Meulaboh (Antaranews Aceh) - Masyarakat petani kelapa sawit di Kabupaten Aceh Barat, dinilai tidak mampu menerapkan praktik Indonesia Sustainable Palm Oil System (ISPO) karena hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar kelapa sawit.
"Petani hanya memproduksi dan menjualnya kepada kita, pola ISPO diterapkan oleh perusahaan seperti yang kita lakukan. Ini sebagai komitmen menjaga lingkungan," kata Administratur PT Karya Tanah Subur (KTS), Maratuah Nasution, di Meulaboh, Kamis.
ISPO merupakan skim praktik berkelanjutan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun untuk petani praktik ini tidak mudah karena mayoritas melakukan budidaya tanaman kelapa sawit secara sederhana.
Kemudian pihak perusahaan besar, kata Nasution, yang menentukan hasil produksi Tandan Buah Segar (TBS) petani bisa menjadi komoditi yang berkualitas sebagai bahan baku sebelum pengelohan minyak mentah Crude Palm Oil (CPO).
Beberapa contoh kegiatan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia, dilakukan pembersihan sebelum proses pengolahan, pemilahan buah muda serta beberapa kiat lain untuk menjaga kualitas minyak sawit.
"Termasuk pada perawatan tanaman itu sendiri, ketika area kebun petani seputaran ring perkebunan perusahaan, itu akan dibantu infrastruktur untuk pengaturan air, pupuk dan hal - hal yang berkaitan untuk menjaga buah sawit tetap berkualitas," sebutnya lagi.
Perusahaan tersebut, juga memiliki petani kelapa sawit binaan program Corporte Social Responsibility (CSR) atau yang lebih akrap di lingkungan Astra Agro Lestari (Tbk) dikenal dengan nama program Income Generating Activity (IGA).
Selain membantu dari penyediaan bibit, pupuk hingga infrastruktur, petani binaan program tersebut juga diperhatikan sebagai mitra kerja sehingga berproduksi layaknya perusahaan perkebunan sawit dengan komoditi yang berkualitas.
Untuk mengharapkan produktivitas petani sawit mayoritas adalah milik individu, tentunya hasil produksi buah berbeda dengan TBS yang dihasilkan kebun perusahaan, karena itu PT KTS selama ini memfokuskan pengajaran teknis budidaya tanaman.
"Kepada mitra yang ada selama ini lebih pada agronominya yang kita ajarkan, supaya mendapatkan hasil produksi yang optimal. ISPO tidak kita terapkan ke petani biasa, tidak mungkin juga kita mengundang konsultan untuk kegiatan itu," pungkasnya.
Sawit berkelanjutan dinilai hanya bisa diterapkan perusahaan besar
Kamis, 6 Desember 2018 20:38 WIB