San Fransisco (ANTARA) - Pendapatan perusahaan industri pesawat terbang Amerika Serikat (AS), Boeing Company, jatuh sekitar dua persen menjadi 22,9 miliar dolar AS pada triwulan pertama 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 23,38 miliar dolar, sebagai dampak dua kecelakaan udara mematikan.
Pada Oktober 2018 pesawat Boeing 737 MAX yang dioperasikan Lion Air Indonesia jatuh, disusul pada Maret 2019 pesawat dengan jenis sama, yang dioperasikan Ethiopian Airlines juga mengalami kecelakaan udara serupa, sehingga 346 penumpangnya tewas.
Boeing melaporkan Rabu, laba bersih turun 13 persen dari 2,48 miliar dolar pada triwulan I 2018 menjadi 2,15 miliar dolar pada periode sama 2019. Sementara biaya akibat larangan terbang Boeing 737 MAX mencapai satu miliar dolar.
Arus kas operasi Boeing turun hampir 10 persen menjadi 2,8 miliar dolar pada triwulan ini dari 3,1 miliar dolar pada periode yang sama tahun lalu.
Boeing menarik perkiraan pendapatan 2019 dan mengatakan bahwa hal itu tidak mencerminkan masalah keuangan yang akan memiliki panduan baru di masa mendatang.
Boeing berupaya menekan penundaan sementara pengiriman pesawat 737 MAX setelah dikaitkan dengan dua kecelakaan fatal yang ditemukan dalam sistem kontrol penerbangan pesawat buatannya itu.
Boeing juga mengatakan telah melakukan pembaruan perangkat lunak untuk kesalahan dalam sistem kontrol penerbangan anti-stall pada pesawat 737 MAX, yang dikenal sebagai maneuvering characteristics
augmentation system (MCAS).
"Di seluruh perusahaan, kami fokus pada keselamatan, memperbaiki Boeing 737 MAX, dan meraih kepercayaan kembali para pelanggan, regulator, dan maskapai penerbangan publik," kata Chairman, President, dan CEO Boeing Dennis Muilenburg.
Pendapatan dan laba Boeing jatuh akibat kecelakaan mematikan
Kamis, 25 April 2019 9:22 WIB