Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore menguat di tengah sentimen meluasnya perang dagang.
Rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07 di level Rp14.105 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.115 per dolar AS.
"Dengan memanasnya kembali kondisi global, Pemerintah terus melakukan strategi bauran guna untuk menenangkan kondisi pasar dan meyakinkan bahwa perekonomian dalam negeri sangat stabil sehingga arus modal keluar kembali tertahan," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.
Dengan kondisi global yang begitu kuat, Bank Indonesia (BI) juga melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
"Apa yang dilakukan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia membuahkan hasil sesuai dengan keinginan pasar sehingga rupiah kembali menguat dalam penutupan pasar sore ini," kata Ibrahim.
Dari eksternal, Presiden AS Donald Trump akan menerapkan kembali bea masuk terhadap baja dan aluminium impor dari Brasil dan Argentina, setelah kedua negara itu sengaja mendevaluasi mata uang yang menyebabkan petani di AS kehilangan daya saing.
Di sisi lain, Trump juga mengenakan tarif hingga 100 persen atas barang-barang Prancis senilai 2,4 miliar dolar AS untuk produk pertanian seperti anggur dan keju yang masuk dalam daftar barang yang ditargetkan.
Hal itu dilakukan AS setelah Perwakilan Dagang AS menemukan fakta bahwa Prancis memberi pajak tinggi pada perusahaan teknologi AS, Google, Apple Facebook dan Amazon.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.110 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.105 per dolar AS hingga Rp14.125 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.125 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.130 per dolar AS.
Kurs rupiah menguat di tengah meluasnya perang dagang
Rabu, 4 Desember 2019 17:21 WIB