Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh menyatakan belum ada tenaga medis yang tangani pasien terpapar virus corona (COVID-19) di provinsi setempat yang dinyatakan positif, hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan rapid test.
"Artinya kita belum mendapatkan tenaga medis di Aceh yang positif (COVID-19). Sejauh ini melalui hasil rapid test belum ada yang positif, mudah-mudahan tidak ada," kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan selama penanganan COVID-19 di Aceh memang ada beberapa tenaga medis yang berhubungan dengan pasien dalam pengawasan (PDP) mengalami demam, namun langsung ditangani agar kondisi tidak semakin buruk.
"Mereka yang kemudian demam, segala macam gejala memang ada beberapa tenaga medis mulai dari dokter dan perawat. Cuma kita lakukan rapid test hasilnya negatif (COVID-19)," katanya.
Sebagai garda terdepan, IDI Aceh meminta pemerintah untuk melengkapi alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Karena tanpa APD maka resiko tertular sangat tinggi. Ia juga tidak menapik bahwa masih ada tenaga medis menggunakan jas hujan saat merawat pasien COVID-19.
"Tenaga medis pakai jas hujan itu masih ada, masih banyak karena memang kesulitan. Bahkan di Amerika Serikat sendiri sudah mulai membuat bagaimana supaya APD itu bisa di sterilkan ulang. Karena mereka juga kesusahan," katanya.
Menurut dia, semakin sering tenaga medis berkontak dengan pasien maka semakin berkurang pula APD, sehingga mereka semakin rentan terkena. Menurut salah satu survei, katanya, ada 55 persen tenaga medis yang terpapar dan berisiko untuk terkena.
"Hanya 45 yang masih belum terpapar dan berisiko. Seandainya yang berisiko ini terkena kasian sekali tenaga medis kita. Kalau terkena, kita akan terus kekurangan, karena menyiapkan tenaga medis tidak bisa sehari, dua hari," katanya.