Nama Harun KeuchikLeumiek(HKL) sepertinya tidak asing lagi bagi masyarakat Aceh, khususnya di Banda Aceh, karena beliau tidak saja dikenal sebagai pedagang emas, tapi juga merupakan salah satu tokoh budaya dan jurnalis di Aceh.
Bapak lima orang anak yang kini sudah berusia 72 tahun itu tidak hanya dikenal sebagai pengusaha dan jurnalis, tapi juga sebagai kolektor benda-benda warisan budaya.
Di rumahnya yang berada di Desa Lamseupeng, Banda Aceh, yang merangkap menjadi museum pribadi itu kini tersimpan puluhan, bahkan ratusan barang antik peninggalan masa lalu, mulai dari senjata-senjata khas tradisional Aceh yang terbuat dari berbagai jenis logam mulia, bahkan pecah belah, sampai kain songket, aneka bentuk sulaman benang emas dan sutra halus yang sudah berusia ratusan tahun.
Dan aneka benda budaya lainnya yang kini mungkin sudah tergolong sebagai barang langka.
HKL yang memulai menjadi pedagang emas tahun 1970-an itu sangat sabar, ulet dan tekun mengumpulkan barang-barang seni budaya yang terpendam dalam kenangan sejarah kegemilangan Aceh masa lalu.
Berkat kesabarannya, keuletan dan ketekunannya dalam mengumpulkan benda-benda seni dan budaya masa lampau itu, kini, kemasyurannya justru telah melampaui tempat ia lahir. Beberapa kali benda koleksinya dipamerkan di berbagai event bertaraf nasional hingga internasional.
Kemudian, HKL tidak hanya pada toko emas saja, tapi melakukan diversifikasi bidang usaha, yakni souvenir. Mulai dari sinilah sedikit demi sedikit ia mengoleksi barang-barang antik peninggalan sejarah.
HKL juga aktif dalam organisasi, Ketua Umum DPD Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) Aceh, pernah menjadi pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Aceh, dan Kadin Aceh, bahkan pernah menjadi pengurus partai politik.
Dan HKL yang juga Kepala Perwakilan Harian Analisa di Aceh itu kini masih menjabat anggota Dewan Kehormatan PWI Aceh. (Heru)
HKL Penyelamat Warisan Budaya
Selasa, 5 Agustus 2014 12:04 WIB