Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mencatat bahwa sekitar 400 tenaga kesehatan (nakes) di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu terinfeksi COVID-19, tujuh diantaranya telah meninggal dunia.
"Nakes kita positif mendekati 400 orang di seluruh Aceh. Yang meninggal tujuh orang, lima dokter, satu perawat, dan satu tenaga laboratorium," kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman di Banda Aceh, Selasa.
Dia menjelaskan, tenaga kesehatan yang terinfeksi di Aceh terus bertambah. Hal itu disebabkan perlindungan terhadap tenaga kesehatan yang belum maksimal di setiap fasilitas kesehatan.
Kata dia, kalau diperhatikan tenaga kesehatan yang positif COVID-19 terus bertambah. Kematian mencapai tujuh orang, artinya ada peningkatan penularan yang sangat signifikan terhadap paramedis yang bertugas di lapangan.
"Permasalahan utama kalau saya perhatikan adalah standar fasilitas kesehatan, bagaimana memberikan perlindungan kepada tenaga medisnya agar terhindari dari penularan COVID-19," kata Safrizal.
Disamping itu, Safrizal menyebutkan, tenaga medis juga makhluk sosial yang harus bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, baik ke belanja pasar atau tempat-tempat keramaian lainnya. Sehingga juga memiliki resiko untuk tertular di luar waktu kerjanya.
"Jadi kemungkinan tertular dari tempat kerja dan dari luar tempat kerja, sehingga di rumah sakit perlu upaya perlindungan terhadap mereka dengan berbagai macam aturan saat menerima pasien-pasien," katanya.
Dan tenaga kesehatan itu juga harus dibekali berbagai keperluan lain untuk menjaga behavior di luar tempat kerjanya, kata Safrizal lagi.
IDI menyarankan agar seluruh fasilitas kesehatan yang menangani COVID-19 di daerah Tanah Rencong untuk membuat ruang darurat berupa tenda yang terpisah dari rumah sakit seperti halnya dilakukan RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh.
Tujuannya, lanjut Safrizal, setiap pasien yang masuk ke rumah sakit terlebih dahulu dilakukan skrinning di tenda penapisan tersebut, guna mendeteksi pasien mengarah ke COVID-19 atau tidak.
"Ruang emergency tenda seperti di RSUD Zainoel Abidin. Jadi disitu dilakukan skrining awal dulu terhadap pasien, apapun penyakitnya, apakah dia ada mengarah ke COVID-19 atau tidak," ujarnya.