Banda Aceh, 20/9 (Antaraaceh) - Program pengembangan tanaman kacang kedelai seluas 1.500 hektare pada tahun 2014 di Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh akibat musim hujan yang berakibat air mengenangi lahan petani daerah itu.
Ketua Pemuda Tani Indonesia Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Aceh Tarmizi A Gani di Banda Aceh, Sabtu, menyatakan dari hasil pemantauan bersama warga beberapa hari lalu di lapangan menyaksikan kondisi tanaman kedelai digenangi air.
Penanaman kacang kedelai yang disebut bagian dari pengembangan melalui program perluasan areal tanam (PAT) tahun 2014 yang diawali dengan seremoni penanaman kedelai oleh para pejabat Pemkab Bireuen di persawahan Desa Pulo Ara, Kecamatan Peudada, pertengahan Juni.
Tarmizi menilai kegagalan program kedelai itu akibat dari pengaruh faktor alam (cuaca) yang tidak menjadi pertimbangan pemerintah sebelum program itu dijalankan, ini kelemahan.
Dengan menghargai usaha semua pihak untuk memajukan pertanian hortikultura di Aceh khususnya di Bireuen yang merupakan salah satu daerah penghasil kedelai berkualitas baik.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian dan Perternakan Bireuen Ir Mutia menyatakan, saat penanam, cuaca dalam musin kemarau, sehingga khawatir tidak tumbuh, namun kedelai tumbuh dengan baik, tapi setelah itu musim hujan tiba, dan tidak kuasa membendungnya.
Kecamatan Peudada yang merupakan salah satu kawasan tanaman kedelai terbaik di Indonesia akan tumbuh subur jika ditanam mengikut musim yang tepat, kata Tarmizi.
Warga yang ditemui merasa sangat sedih dengan kegagalan panen kedelai ini, apalagi setelah gagal panen padi berturut-turut, mereka berharap ke depan bisa menanami padi kembali, ujarnya.
"Sebenarnya, program pengembangan kacang kedelai itu untuk membantu petani, setelah mengalami musibah gagal panen padi yang terjadi secara beruntun di Kecamatan Peudada," kata Mutia.
Program Kedelai 1.500 Ha di Bireuen Gagal
Sabtu, 20 September 2014 18:55 WIB