Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim pernah berpesan kepada insan perfilman Indonesia agar terus bergerak dan berkarya meski industri film sedang lesu karena pandemi COVID-19.
Pada kenyataannya, sineas Tanah Air memang tidak menyerah dengan situasi pandemi, dibuktikan dengan banyaknya film-film rilisan baru ataupun rumah produksi yang tetap melakukan syuting walau dengan berbagai protokol keselamatan.
Semangat ini tentu tidak luput dari kehadiran layanan film streaming yang menjadi tempat alternatif untuk pemutaran film, seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Viu, Iflix, GoPlay hingga Bioskop Online.
Platform film digital menawarkan cara-cara dan pengalaman baru kepada penonton untuk tetap bisa menyaksikan film yang selama ini telah lama dinanti. Mereka bahkan melakukan kontrak eksklusif dengan para rumah produksi untuk memutar filmnya seperti "Guru-Guru Gokil", "Warkop DKI Reborn 4" hingga "Pelukis Hantu".
"Sekarang saatnya berpikir untuk inovasi dengan menggunakan teknologi untuk berkarya dan menebarkan kepada seluruh masyarakat, sebagai contoh Reza Rahadian melakukan debut sebagai sutradara 'Sementara Selamanya' yang diproduksi secara minimalis dan ditayangkan secara streaming," kata Nadiem beberapa waktu lalu.
Reza Rahadian memang salah satu contoh insan film yang tetap berdaya selama pandemi. Lewat film "Sementara Selamanya" yang tayang di Video, dia memperlihatkan bahwa pembuatan film tetap bisa berjalan walau dalam keterbatasan.
Saat itu Reza mengatakan pengambilan gambar dilakukan dengan kamera yang sangat sederhana, tidak seperti proses produksi film pada umumnya. Reza bahkan hanya melibatkan kru film yang tidak lebih dari 10 orang dan sukses menggarap sebuah web series, bahkan banyak yang meminta untuk kehadiran musim selanjutnya.
Pandemi COVID-19 memaksa setiap orang untuk tetap berada di rumah, bioskop pun ditutup untuk mencegah penyebaran virus corona. Hal ini membuat para produser dan distributor memutar otak agar tetap bisa bertahan dan jalan keluarnya adalah melalui streaming .
Beberapa rumah produksi membatalkan tayang di bioskop dan memilih layanan film streaming sebagai tempat pemutaran film, sebut aja "Guru-Guru Gokil", "Bucin" dan "Malik & Elsa". Namun, ada juga yang sabar menunggu hingga bioskop buka kembali seperti "Mariposa", "Generasi 90an: Melankolia" hingga "Serigala Langit".
Dian Sastrowardoyo, selaku produser "Guru-Guru Gokil" menjelaskan alasannya beralih dari bioskop ke platform digital.
Menurut Dian, ini adalah salah satu bentuk adaptasi dalam mengubah kebiasaan menonton di studio bioskop ke device apapun dari rumah.
"Pada saat seperti ini kita harus bisa berinovasi dan mencoba adaptasi dengan segala perubahan macam perubahan yang baru kita temui termasuk dengan bagaimana cara kita menikmati film," kata Dian.
Ekspansi besar-besar dari layar bioskop ke ponsel dapat dilihat melalui platform Disney+ Hotstar. Layanan tersebut menyediakan banyak film Indonesia terbaru seperti "Pelukis Hantu", "Elsa & Malik", "Bidadari Mencari Sayap", "Rentang Kasih", "Benyamin Biang Kerok 2", "Warkop DKI Reborn 4", hingga "Sabar Ini Ujian".
Diputarnya film-film baru melalui layanan streaming juga cukup menguntungkan para penonton, khususnya mereka yang berada di daerah-daerah yang belum memiliki bioskop.
Selama ini distribusi film menjadi tantangan tersendiri bagi pembuat film, pasalnya tidak semua masyarakat Indonesia bisa menikmatinya karena kehadiran bioskop belum merata. Pada akhirnya mereka menonton film bajakan baik melalui situs ilegal ataupun membeli DVD tidak resmi.
Secara tidak langsung kehadiran, layanan film streaming juga membantu memberantas pembajakan. Beberapa platform malah menawarkan keanggotaan atau sewa dengan harga yang terjangkau, seperti Bioskop Online menawarkan harga sewa mulai dari Rp5.000.
Dukungan pemerintah
Pemerintah sendiri selalu berupaya untuk mendorong agar industri film tetap bergerak, salah satunya adalah dengan mengizinkan diadakannya syuting meski dalam keadaan pandemi asalkan menerapkan protokol keamanan dan keselamatan.
Tak hanya itu, melalui Direktur Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid menyatakan bahwa Festival Film Indonesia (FFI) 2020 tetap dilaksanakan walau dalam situasi pandemi COVID-19 guna menjaga semangat insan perfilman.
FFI diibaratkan sebagai pembawa bendera saat perang yang tidak boleh jatuh. Jika hal itu terjadi, maka semangat pasukannya juga akan menurun.
Festival film paling bergengsi di Indonesia itu memang menjadi penyemangat insan film untuk terus berkarya. Setidaknya, FFI menjadi tempat untuk mengapresiasi karya para sineas yang sudah berjuang menghadapi pandemi.
Bentuk dukungan lain dari pemerintah adalah transformasi Perum Produksi Film Negara (PFN) menjadi perusahaan pembiayaan perfilman dan konten. Hal tersebut diumumkan langsung oleh Direktur Utama Perum PFN, Judith J.N. Dipodiputro.
Sebelumnya PFN juga sempat menggelar lomba film pendek untuk menggali bakat sineas muda di seluruh Tanah Air. Responnya pun luar biasa, lebih dari 100 karya masih untuk seleksi.
Dukungan tersebut secara otomatis membangkitkan semangat para insan film, setidaknya mereka merasa tidak berjalan sendirian dalam menghadapi lesunya industri perfilman akibat pandemi COVID-19.
"Kuncinya adalah adaptasi pada distrupsi dan berdaya juang pada situasi pandemi yang terjadi secara global. Kemendikbud hadir untuk memajukan kebudayaan termasuk perfilman dan berfokus pada SDM perfilman, distribusi dan upaya menampilkan film Indonesia di panggung dunia," ujar Nadiem.