Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh meminta guru semakin kreatif dalam menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ke siswa/siswi, karena merupakan adaptasi kebiasaan baru agar tetap produktif di tengah pandemi COVID-19.
"Oleh sebab itu, pembelajaran daring menuntut guru lebih kreatif. Dengan begitu, peserta didik tidak mengalami kejenuhan di saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)," kata Wakil Wali Kota Banda Aceh, Zainal Arifin di Banda Aceh, Kamis.
Ia mengaku, menyampaikan materi belajar lewat daring bukanlah suatu hal yang mudah dipahami oleh murid, sehingga dibutuhkan cara-cara lebih menarik lagi agar anak didik konsisten melihat atau menyimak layar komputer dan telepon pintar ketika PJJ berlangsung.
Sosok wakil wali kota yang akrab di sapa Chek Zainal menyebut, pembelajaran daring merupakan solusi dalam menghadapi masa pandemi supaya siswa/siswi tetap bisa belajar dari rumah, dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
"Namun, guru disarankan agar menerapkan pembelajaran yang efektif. Dimana pembelajaran tersebut, disetiap penyampaian dan penjelasan harus jelas. Harus menunjukkan gairah mengajar, dan suasana yang menyenangkan serta selalu ada umpan balik diberikan setelah dilakukan penilaian," ucapnya.
Wakil wali kota juga menyebut, COVID-19 datang secara tiba-tiba dan belum berakhir hingga kini, sehingga hampir tidak ada seorang pun yang siap menghadapi kondisi ini, termasuk tenaga pendidik.
Seperti diketahui, Wakil Wali Kota Banda Aceh Zainal Arifin telah membuka pelatihan pembuatan media pembelajaran guru Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) setempat yang dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Saminan Ismail, dan Kepala Dinas Pendidikan Dayah Tgk Tarmizi M Daud di Banda Aceh, Rabu (21/10).
"Terpenting para siswa SD sebaiknya didampingi oleh orang tuanya ketika mengikuti pembelajaran daring. Karena atas dukungan orang tua, sangatlah membantu para guru untuk mencapai tujuan pada setiap sesi pembelajaran daring," ungkap Zainal.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Saminan Ismail, menjelaskan, bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan dan menganti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan PJJ semua jenjang pendidikan.
"Tapi pelaksanaan PJJ tersebut mengalami banyak kelemahan, karena tidak seluruh guru dan siswa atau orang tua siap melaksanakan perubahan dari PTM menjadi PJJ secara maksimal. Akibat adanya keterbatasan pengetahuan tentang substansi, teknis, dan mekanisme pelaksanaan PJJ," ujarnya.
Oleh sebab itu, katanya melanjutkan, diperlukan pelatihan dan pembinaan untuk mempersiapkan guru kreatif agar dapat memberikan pembelajaran yang lebih menarik kepada siswa/siswi selama pelaksanaan PJJ.
"Dengan adanya pelatihan, kita harapkan dapat meningkatkan kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran dan penilaian dengan kelas virtual.
Meminimalisir pemberian tugas kepada siswa yang terlalu banyak, tanpa adanya proses belajar mengajar agar peserta didik tetap terjaga kualitas pendidikannya," ucap Saminan.