"Ini kenapa jadi ramai karena ada tim yang tersingkirkan karena skor itu. Tapi buat saya sih ini biasa, artinya orang bebas saja berpendapat," ujar Fakhri di Stadion Mandala, Jayapura, Rabu.
Fakhri menilai ada lebih banyak gol bunuh diri yang lebih tidak masuk akal dibanding yang terjadi ketika laga Aceh vs Kaltim pada beberapa hari lalu.
Ia menilai dari aspek teknis, bola sebelum terjadinya gol bunuh diri Kalimantan Timur memang sulit untuk dikendalikan.
"Saya sebagai pelatih tentu melihat dari aspek teknis ya. Saya melihat dari aspek teknis, itu sulit memang bola datang tiba-tiba ke kakinya Rizky," jelas Fakhri.
Ia lanjut mengatakan dirinya tidak masalah jika pertandingan dan insiden gol bunuh diri yang terjadi pada laga Aceh vs Sumut akan diusut oleh PSSI.
Fakhri menilai PSSI memang punya kewajiban untuk menegakan asas fairplay dan respect serta berharap semuanya bisa dilihat dari bukti dan fakta di lapangan.
"Ya kalau mau diusut silahkan saja, wajar misalnya kalau ada yang diusut misalkan karena ada dugaan, karena PSSI juga punya kewajiban untuk menegakan fairplay, respect. Ini sah-sah saja," terang Fakhri.
"Tapi ya itu tadi, harus betul-betul ketika menyikapi suatu persoalan itu betul-betul berdasarkan bukti, fakta di lapangan," sambungnya.
Beberapa waktu belakangan ini, di media sosial sedang ramai soal isu sepak bola gajah yang melibatkan Aceh dan Kaltim pada laga terakhir Grup C PON Papua pada Senin (4/10).
Dalam pertandingan tersebut, Aceh berhasil memenangi laga melawan Kaltim 3-2 yang diwarnai oleh satu gol bunuh diri oleh bek Kaltim Muhammad Rizky Ramadhan pada menit 70.
Akibat dari skor ini, Sulawesi Utara dipastikan tidak lolos ke babak 6 besar cabang olahraga sepak bola putra PON Papua dan sempat memicu dugaan dan perdebatan.