Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kota (Pemkot) Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan, melirik tanaman pala sambutan (sambungan pala hutan) produksi Aceh Selatan.
Hal itu ditandai dengan kehadiran Walikota Pagaralam dr. Ida Fitriati Basyumi M.Kes beserta beberapa pejabat terkait di Ibukota Kabupaten penghasil pala itu, Selasa (4/8).
Disela-sela peninjauan komoditi Pala Aceh Selatan, Walikota pagaralam mengatakan, daerahnya merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Lahat yang disahkan pada tahun 2000 dengan topografi dataran tinggi, berada antara 650 hingga 1100 meter lebih diatas permukaan laut.
Kota yang berhawa sejuk itu, memiliki luas daerah sekitar 63.366 hektar dan 60 persen dari jumlah tersebut adalah kawasan konservasi yang berpenduduk sekitar 157 ribu jiwa, dimana 70 persen diantaranya bermata pencaharian sebagai petani kebun dan sawah.
Menurut Ida Fitriati, kedepan, jumlah penduduk akan terus bertambah, dan ini akan berdampak terhadap mengecilnya jumlah kawasan budi daya. Sementara lahan yang tersedia merupakan hutan lindung.
Selain itu, jumlah daerah pertanian padi (sawah) masyarakat, kini mulai menurun, akibat alih fungsi lahan menjadi daerah pemukiman.
“Karenanya, fenomena ini harus diantisipasi sejak dini,†kata Ida Fitria, selepas mengikuti presentasi tentang pala sambutan oleh manager pembibitan Forum Pala Tapaktuan, Hamdani ST.
Walikota menambahkan, setelah mempelajari tanaman Pala merupakan tanaman yang menghasilkan uang sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pihaknya tergerak untuk mencoba mengembangkan tanaman itu di daerahnya.
“Karena tanaman Pala, selain memiliki nilai ekonomis juga mampu sebagai tanaman konservasi,†ujarnya.
Menurut pengakuan Walikota Pagaralam, faktor yang menjadi daya tarik pihaknya dengan Pala dari Aceh Selatan dibandingkan dengan Pala daerah lain di Indonesia, karena Pala dari Aceh Selatan, selain terkenal dengan kualitas atau mutu minyak nya terbaik di Dunia, juga telah berinovasi terhadap percepatan pembuahan seperti pala sambutan yang merupakan hasil inovasi terbaru dari tenaga ahli Forum Pala Tapaktuan.
Dia mengatakan, tanaman hasil inovasi ini dapat berbuah diusia 2,5 tahun dan diperkirakan sudah mampu bertahan dari hama. Sedangkan tanaman Pala konvensional berbuah pada umur 5-7 tahun, itupun rentan terhadap hama jamur akar putih dan ulat penggerek batang.
Kendatipun demikian, sebagai tahap awal, pihaknya merencanakan membuat proyek percontohan tanaman Pala sambutan di Pagaralam. Jika nanti berhasil maka akan terus dikembangkan terutama dilereng bukit yang memiliki kemiringan lahan sampai 45 derjat.
“Projek tanaman pala sambutan percontohan ini, nantinya diharapkan akan memberi perhatian bagi petani kebun didaerah Pagaralam yang selama ini mayoritasnya bekerja sebagai Petani kebun kopi,†pungkasnya.
Hal itu ditandai dengan kehadiran Walikota Pagaralam dr. Ida Fitriati Basyumi M.Kes beserta beberapa pejabat terkait di Ibukota Kabupaten penghasil pala itu, Selasa (4/8).
Disela-sela peninjauan komoditi Pala Aceh Selatan, Walikota pagaralam mengatakan, daerahnya merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Lahat yang disahkan pada tahun 2000 dengan topografi dataran tinggi, berada antara 650 hingga 1100 meter lebih diatas permukaan laut.
Kota yang berhawa sejuk itu, memiliki luas daerah sekitar 63.366 hektar dan 60 persen dari jumlah tersebut adalah kawasan konservasi yang berpenduduk sekitar 157 ribu jiwa, dimana 70 persen diantaranya bermata pencaharian sebagai petani kebun dan sawah.
Menurut Ida Fitriati, kedepan, jumlah penduduk akan terus bertambah, dan ini akan berdampak terhadap mengecilnya jumlah kawasan budi daya. Sementara lahan yang tersedia merupakan hutan lindung.
Selain itu, jumlah daerah pertanian padi (sawah) masyarakat, kini mulai menurun, akibat alih fungsi lahan menjadi daerah pemukiman.
“Karenanya, fenomena ini harus diantisipasi sejak dini,†kata Ida Fitria, selepas mengikuti presentasi tentang pala sambutan oleh manager pembibitan Forum Pala Tapaktuan, Hamdani ST.
Walikota menambahkan, setelah mempelajari tanaman Pala merupakan tanaman yang menghasilkan uang sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pihaknya tergerak untuk mencoba mengembangkan tanaman itu di daerahnya.
“Karena tanaman Pala, selain memiliki nilai ekonomis juga mampu sebagai tanaman konservasi,†ujarnya.
Menurut pengakuan Walikota Pagaralam, faktor yang menjadi daya tarik pihaknya dengan Pala dari Aceh Selatan dibandingkan dengan Pala daerah lain di Indonesia, karena Pala dari Aceh Selatan, selain terkenal dengan kualitas atau mutu minyak nya terbaik di Dunia, juga telah berinovasi terhadap percepatan pembuahan seperti pala sambutan yang merupakan hasil inovasi terbaru dari tenaga ahli Forum Pala Tapaktuan.
Dia mengatakan, tanaman hasil inovasi ini dapat berbuah diusia 2,5 tahun dan diperkirakan sudah mampu bertahan dari hama. Sedangkan tanaman Pala konvensional berbuah pada umur 5-7 tahun, itupun rentan terhadap hama jamur akar putih dan ulat penggerek batang.
Kendatipun demikian, sebagai tahap awal, pihaknya merencanakan membuat proyek percontohan tanaman Pala sambutan di Pagaralam. Jika nanti berhasil maka akan terus dikembangkan terutama dilereng bukit yang memiliki kemiringan lahan sampai 45 derjat.
“Projek tanaman pala sambutan percontohan ini, nantinya diharapkan akan memberi perhatian bagi petani kebun didaerah Pagaralam yang selama ini mayoritasnya bekerja sebagai Petani kebun kopi,†pungkasnya.