Salah seorang petani kakao di Desa Meunasah Baro Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara, Ridwan, Kamis mengatakan, kenaikan harga komoditas tersebut diakibatkan karena hasil produksinya yang menurun.
"Kami bersyukur sekali, kini harga biji kakao lebih memihak kepada petani, yaitu harganya sudah mencapai Rp32.000 per kilogram. Semoga harga ini bisa terus bertahan dan tidak mengalami penurunan harga," ujar Ridwan.
Ridwan menambahkan, akibat kenaikan harga tersebut, para petani kakao bisa meraup keuntungan yang lebih dari biasanya bahkan satu karung biji kakao yang dijual kepada pedagang pengumpul, bisa menghasilkan keuntungan Rp1,2 juta.
Kendati demikian, para petani kakao sedang menghadapi hama pengeras buah dan hama wereng, yang membuat hasil panennya tidak maksimal. Sehingga harus disemprot pestisida secara rutin.
"Meskipun harga jual biji kakao sangat tinggi, ada masalah lain yang sedang dihadap para petani, yaitu hama pengeras buah dan hama wereng sehingga hasil panennya tidak maksimal. Kami terus berupaya untuk mengendalikan hama tersebut," tutur Ridwan.
Sementara itu, salah seorang pengumpul komoditas kakao di Kabupaten Aceh Utara Muhammad Wali mengatakan, harga biji kakao bervariasi, yaitu harga biji kakao kering, Rp32 ribu/kg, sedangkan yang basah Rp29 ribu, dan bagi pengumpul yang berada di daerah pedalaman bisa lebih murah, yaitu berkisar Rp25-30 ribu/kg.
Muhammad menambahkan, dalam setiap minggu dirinya berhasil mengumpulkan biji kakao sebanyak 3 sampai 4 ton, kemudian dipasok ke Provinsi Sumatera Utara, dengan menggunakan mobil truk.
"Untuk harga biji kakao tersebut memang bervariasi, tergantung kualitas biji nya. Bagi pengumpul yang berada di daerah pedalaman, harganya bisa lebih murah lagi karena faktor biaya transportasi," ujar Muhammad Wali.