Langsa (ANTARA Aceh) - Menjadi seorang guru adalah sebuah pekerjaan mulia. Karena mendidik anak bangsa menjadi cerdas dan berilmu. Begitulah yang dilakoni Eddy Khalil, S.Pd, M.Pd.
Eddy mulanya mengajar di SMPN 5 Langsa. Di sekolah ini, dia mencurahkan dedikasinya. Finalis lomba penelitian ilmiah remaja tingkat nasional pernah ia persembahkan kepada sekolah menengah pertama itu.
Ikhwal keberhasilan itu pula yang membawa Eddy diminta masyarakat Desa Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa, agar dia berkenan mengabdi sebagai guru mendidik anak para nelayan di Perkampungan terpencil tersebut.
Telaga Tujuh merupakan desa terluar yang masuk dalam Kota Langsa. Untuk mencapai perkampungan yang dihuni para nelayan itu harus mengunakan moda transportasi laut dari Kuala Langsa.
Di desa tersebut, Eddy diharapkan masyarakat dapat mendidik putra-putri mereka agar menjadi generasi berilmu sebagaimana lazimnya anak di perkotaan yang mampu tampil di kancah lokal dan nasional.
"Saya terharu ketika ada warga Telaga Tujuh yang meminta untuk saya menjadi guru di SMP sana," tutur Eddy Khalil kala berbincang dengan ANTARA di Langsa, Kamis.
Atas permintaan itu, nurani Eddy tak kuasa untuk menolak, karena ia sadar banyak anak nelayan yang taraf pendidikannya rendah dan acap dipandang sebelah mata.
Kemudian, masyarakat Telaga Tujuh, lanjut Eddy menuturkan, menghadap Ketua Komisi A DPRK Langsa, Burhansyah SH yang membidangi pemerintahan, politik dan pendidikan.
Atas desakan warga, akhirnya Komisi A meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk melakukan mutasi terhadap Eddy dari SMPN 5 ke SMPN Telaga Tujuh.
Sejak itu, Eddy mulai tugas barunya di sekolah yang di dominasi anak nelayan. Setiap pagi ia beranjak ke Telaga Tujuh naik perahu motor yang memang menjadi sarana transportasi menuju pulau berpenghuni seratusan kepala keluarga itu.
Terhitung sejak tahun sudah hampir tiga tahun dia mengabdi di sana sejak tahun 2013. Suka duka pasti mewarnai hari-harinya dalam mendidik siswa yang terbilang marginal di pulau berjuluk "pusong" itu.
"Suka duka pasti ada. Namanya anak pesisir pasti agak bandel. Tapi secara umum mereka sangat suka ilmu pengetahuan," kata Eddy yang kini dipercaya Sekretaris Kobar GB Kota Langsa.
Ia mengaku ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mendongkrak prestasi siswanya. Langkah pertama Eddy menggelar rapat dengan wali murid.
Dalam pertemuan itu, Eddy meminta orang tua siswa untuk memberikan asupan gizi pada anaknya, yakni mengkonsumsi ikan segar yang memang banyak di daerah itu serta buah-buahan.
Hal itu bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi, karena ikan mengandung omega tiga yang baik untuk pertumbuhan otak. Demikian juga buah yang mengandung vitamin.
Kemudian, Eddy mengaku ada persoalan lain, dimana kala waktu istirahat, anak didiknya yang laki-laki pada keluar area sekolah menuju tempat pendaratan ikan guna mengangkat ikan sehingga mendapat upah.
Namun, ketika waktu istirahat usai dan jadwal belajar kembali dimulai, para siswa itu tidak lagi masuk kelas dan tetap melakoni pekerjaannya tanpa menghiraukan proses belajar.
Melihat kondisi itu, Eddy mengambil inisiatif bertemu dengan para toke ikan di daerah itu. Hasilnya, para cukong ikan setuju dan tidak lagi memperkerjakan siswa disaat jam belajar berlangsung.
"Anak didik kerap keluar saat istirahat dan kerja jadi kuli angkut ikan di dermaga. Setelah kita komunikasi dengan toke ikan akhirnya siswa tidak lagi dipekerjakan saat jam belajar," ujar Wakil Kepala SMPN Telaga Tujuh Bidang Kesiswaan itu.
Setelah bekerja maksimal, akhirnya Eddy beserta sejumlah guru lainnya berhasil mendongkrak taraf pendidikan anak didiknya di Telaga Tujuh. Dimana, tahun 2014 SMPN itu berhasil meraih peringkat empat atas nilai kelulusan Ujian Nasional tingkat Kota Langsa dengan persentase kelulusan seratus persen.
Seterusnya, siswa yang lulus itu juga melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. "Lulus seratus persen dan mereka semua melanjutkan ke jenjang SMA sederajat," papar Eddy.
Prestasi lain yang diraih adalah finalis lomba olimpiade sains bidang studi fisika tingkat Kota Langsa dan ke depan ia mimpi anak didiknya bisa mengikuti lomba penelitian ilmiah remaja tingkat nasional.
"Mimpi saya membawa siswa SMPN Telaga Tujuh ke tingkat nasional. Karena semua punya kesempatan yang sama asal mau belajar bersungguh-sungguh," demikian Eddy Khalil.
Eddy mulanya mengajar di SMPN 5 Langsa. Di sekolah ini, dia mencurahkan dedikasinya. Finalis lomba penelitian ilmiah remaja tingkat nasional pernah ia persembahkan kepada sekolah menengah pertama itu.
Ikhwal keberhasilan itu pula yang membawa Eddy diminta masyarakat Desa Telaga Tujuh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa, agar dia berkenan mengabdi sebagai guru mendidik anak para nelayan di Perkampungan terpencil tersebut.
Telaga Tujuh merupakan desa terluar yang masuk dalam Kota Langsa. Untuk mencapai perkampungan yang dihuni para nelayan itu harus mengunakan moda transportasi laut dari Kuala Langsa.
Di desa tersebut, Eddy diharapkan masyarakat dapat mendidik putra-putri mereka agar menjadi generasi berilmu sebagaimana lazimnya anak di perkotaan yang mampu tampil di kancah lokal dan nasional.
"Saya terharu ketika ada warga Telaga Tujuh yang meminta untuk saya menjadi guru di SMP sana," tutur Eddy Khalil kala berbincang dengan ANTARA di Langsa, Kamis.
Atas permintaan itu, nurani Eddy tak kuasa untuk menolak, karena ia sadar banyak anak nelayan yang taraf pendidikannya rendah dan acap dipandang sebelah mata.
Kemudian, masyarakat Telaga Tujuh, lanjut Eddy menuturkan, menghadap Ketua Komisi A DPRK Langsa, Burhansyah SH yang membidangi pemerintahan, politik dan pendidikan.
Atas desakan warga, akhirnya Komisi A meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk melakukan mutasi terhadap Eddy dari SMPN 5 ke SMPN Telaga Tujuh.
Sejak itu, Eddy mulai tugas barunya di sekolah yang di dominasi anak nelayan. Setiap pagi ia beranjak ke Telaga Tujuh naik perahu motor yang memang menjadi sarana transportasi menuju pulau berpenghuni seratusan kepala keluarga itu.
Terhitung sejak tahun sudah hampir tiga tahun dia mengabdi di sana sejak tahun 2013. Suka duka pasti mewarnai hari-harinya dalam mendidik siswa yang terbilang marginal di pulau berjuluk "pusong" itu.
"Suka duka pasti ada. Namanya anak pesisir pasti agak bandel. Tapi secara umum mereka sangat suka ilmu pengetahuan," kata Eddy yang kini dipercaya Sekretaris Kobar GB Kota Langsa.
Ia mengaku ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mendongkrak prestasi siswanya. Langkah pertama Eddy menggelar rapat dengan wali murid.
Dalam pertemuan itu, Eddy meminta orang tua siswa untuk memberikan asupan gizi pada anaknya, yakni mengkonsumsi ikan segar yang memang banyak di daerah itu serta buah-buahan.
Hal itu bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi, karena ikan mengandung omega tiga yang baik untuk pertumbuhan otak. Demikian juga buah yang mengandung vitamin.
Kemudian, Eddy mengaku ada persoalan lain, dimana kala waktu istirahat, anak didiknya yang laki-laki pada keluar area sekolah menuju tempat pendaratan ikan guna mengangkat ikan sehingga mendapat upah.
Namun, ketika waktu istirahat usai dan jadwal belajar kembali dimulai, para siswa itu tidak lagi masuk kelas dan tetap melakoni pekerjaannya tanpa menghiraukan proses belajar.
Melihat kondisi itu, Eddy mengambil inisiatif bertemu dengan para toke ikan di daerah itu. Hasilnya, para cukong ikan setuju dan tidak lagi memperkerjakan siswa disaat jam belajar berlangsung.
"Anak didik kerap keluar saat istirahat dan kerja jadi kuli angkut ikan di dermaga. Setelah kita komunikasi dengan toke ikan akhirnya siswa tidak lagi dipekerjakan saat jam belajar," ujar Wakil Kepala SMPN Telaga Tujuh Bidang Kesiswaan itu.
Setelah bekerja maksimal, akhirnya Eddy beserta sejumlah guru lainnya berhasil mendongkrak taraf pendidikan anak didiknya di Telaga Tujuh. Dimana, tahun 2014 SMPN itu berhasil meraih peringkat empat atas nilai kelulusan Ujian Nasional tingkat Kota Langsa dengan persentase kelulusan seratus persen.
Seterusnya, siswa yang lulus itu juga melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. "Lulus seratus persen dan mereka semua melanjutkan ke jenjang SMA sederajat," papar Eddy.
Prestasi lain yang diraih adalah finalis lomba olimpiade sains bidang studi fisika tingkat Kota Langsa dan ke depan ia mimpi anak didiknya bisa mengikuti lomba penelitian ilmiah remaja tingkat nasional.
"Mimpi saya membawa siswa SMPN Telaga Tujuh ke tingkat nasional. Karena semua punya kesempatan yang sama asal mau belajar bersungguh-sungguh," demikian Eddy Khalil.