Subulussalam (ANTARA Aceh) - Dua ekor gajah liar hingga Kini masih berada di permukiman penduduk di Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam, Aceh, dan merusak pertanian milik warga.
Kepala Dusun Sepakat, Kecamatan Simpang Kiri, Syahbudin di Subulussalam, Selasa, mengatakan hewan bertubuh besar itu telah merusak puluhan hektare lebih kebun kelapa sawit milik warga setempat, dengan kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
"Tidak hanya sawit, tapi tanaman sayur-sayuran juga dirusak oleh gajah tersebut," kata dia.
Ia mengatakan hewan itu juga merusak sejumlah gubuk petani, sehingga membuat masyarakat takut saat hendak pergi ke kebun mereka. Padahal warga harus ke kebun untuk merawat dan memupuk sawit.
Syahbudin mengatakan kini kawanan gajah itu justru semakin sering pula memasuki permukiman penduduk, apalagi jarak kebun dengan pemukiman warga berada dalam satu areal berdekatan.
"Tadi pagi ada warga melihat langsung gajah memasuki permukiman, lalu kembali masuk ke lokasi perkebunan," ungkap Syahbudin.
Padahal, kata Syahbudin, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bersama warga sudah berusaha mengusir gajah tersebut dari permukiman penduduk dengan meledakan mercon, namun hewan dilindungi itu kembali memasuki kebun dan perkampungan penduduk.
Ia menambahkan kawanan gajah tersebut tidak bisa keluar jauh dari kebun, karena harus melewati aliran sungai besar. Akibatnya, hewan itu hanya bolak-balik di kawasan kebun warga.
"Gajah itu satu besar, satunya lagi kecil, mungkin anak gajah itu tidak bisa melewati aliran Sungai Penutungan yang lebar dan dalam," ujarnya.
Ia menambahkan selama gajah memasuki desa itu sejumlah warga yang rumahnya berada di dekat kebun, terpaksa mengungsi ke rumah sanak famili lantaran takut menjadi sasaran amukan warga.
"Ada tiga rumah di sana ditinggal oleh pemiliknya, setelah gajah memasuki kebun petani di desa tersebut," tambahnya.
Ia berharap pemerintah harus berperan untuk menyikapi masalah ini, apalagi kawanan gajah itu sangat dekat dengan rumah penduduk, menyebabkan warga di sana ketakutan ke luar rumah, apalagi saat malam hari.
Kepala Dusun Sepakat, Kecamatan Simpang Kiri, Syahbudin di Subulussalam, Selasa, mengatakan hewan bertubuh besar itu telah merusak puluhan hektare lebih kebun kelapa sawit milik warga setempat, dengan kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
"Tidak hanya sawit, tapi tanaman sayur-sayuran juga dirusak oleh gajah tersebut," kata dia.
Ia mengatakan hewan itu juga merusak sejumlah gubuk petani, sehingga membuat masyarakat takut saat hendak pergi ke kebun mereka. Padahal warga harus ke kebun untuk merawat dan memupuk sawit.
Syahbudin mengatakan kini kawanan gajah itu justru semakin sering pula memasuki permukiman penduduk, apalagi jarak kebun dengan pemukiman warga berada dalam satu areal berdekatan.
"Tadi pagi ada warga melihat langsung gajah memasuki permukiman, lalu kembali masuk ke lokasi perkebunan," ungkap Syahbudin.
Padahal, kata Syahbudin, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bersama warga sudah berusaha mengusir gajah tersebut dari permukiman penduduk dengan meledakan mercon, namun hewan dilindungi itu kembali memasuki kebun dan perkampungan penduduk.
Ia menambahkan kawanan gajah tersebut tidak bisa keluar jauh dari kebun, karena harus melewati aliran sungai besar. Akibatnya, hewan itu hanya bolak-balik di kawasan kebun warga.
"Gajah itu satu besar, satunya lagi kecil, mungkin anak gajah itu tidak bisa melewati aliran Sungai Penutungan yang lebar dan dalam," ujarnya.
Ia menambahkan selama gajah memasuki desa itu sejumlah warga yang rumahnya berada di dekat kebun, terpaksa mengungsi ke rumah sanak famili lantaran takut menjadi sasaran amukan warga.
"Ada tiga rumah di sana ditinggal oleh pemiliknya, setelah gajah memasuki kebun petani di desa tersebut," tambahnya.
Ia berharap pemerintah harus berperan untuk menyikapi masalah ini, apalagi kawanan gajah itu sangat dekat dengan rumah penduduk, menyebabkan warga di sana ketakutan ke luar rumah, apalagi saat malam hari.