Jakarta (ANTARA) - Kucing yang sudah dikebiri alias menjalani sterilisasi sehingga tidak bisa berkembang biak pada umumnya akan memusatkan fokus untuk makan dan berujung kepada kegemukan.
Meski terkesan lucu, sebaiknya buang jauh-jauh anggapan tersebut karena risiko kegemukan pada kucing sama bahayanya seperti pada manusia.
"Kucing gemuk dianggap lucu, padahal gemuk bisa menimbulkan banyak masalah kesehatan seperti diabetes," kata Dokter hewan Novi Wulandari di sela Indonesia International Pet Expo (IIPE), Tangerang, Jumat (26/8).
Dokter hewan yang juga SEA Regulatory Affairs Lead Royal Canin itu mengatakan, kucing yang terlalu gemuk dan sudah terkena diabetes bila dibiarkan akan mengalami masalah kesehatan seperti pankreas yang rusak. Kala itu terjadi, tubuh kucing yang gemuk akan berubah menjadi kurus dan si anak bulu ini harus menjalani terapi insulin agar bisa membaik.
Jika langkah pencegahan dilakukan, yakni mengatur pola makan agar kucing berada dalam berat badan ideal, maka risiko terkena penyakit seperti diabetes dapat menurun.
"Kalau sudah kurus, diabetesnya sembuh," kata dia.
Maka, ia menyarankan untuk rutin memeriksakan kesehatan kucing ke dokter hewan agar risiko-risiko kesehatan bisa dihindari. Bila dianggap terlalu gemuk, berkonsultasilah kepada dokter hewan agar bisa menurunkan berat badan secara aman. Namun, prosesnya juga harus bertahap agar berat badan tidak turun drastis.
Sebagai panduan porsi yang ideal, pemilik hewan piaraan dapat melihat keterangan yang tertera di setiap label makanan kucing. Pada umumnya, ada informasi mengenai berapa porsi per hari yang disarankan untuk kucing dengan berat badan tertentu.
Anda dapat membagi porsi tersebut menjadi beberapa bagian tergantung dari frekuensi memberi makan kucing. Tapi, jangan khawatir bila kucing Anda makan sedikit-sedikit tapi frekuensinya sering karena hal itu tetap normal.
"Kucing makannya (seperti) ngemil, bisa makan 12 kali sehari," katanya.
Ini risiko mengintai kucing terlalu gemuk
Sabtu, 27 Agustus 2022 12:14 WIB