Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 1,37 persen menjadi 109,8150, menguat untuk pertama kalinya dalam lima sesi, didukung oleh data inflasi dan ekspektasi suku bunga yang lebih hawkish.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 0,9979 dolar AS dari 1,0120 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,1503 dolar AS dari 1,1679 dolar di sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,6738 dolar AS dari 0,6881 dolar AS.
Dolar AS dibeli 144,37 yen Jepang, lebih tinggi dari 142,74 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9607 franc Swiss dari 0,9540 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3154 dolar Kanada dari 1,2984 dolar Kanada.Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (13/9/2022) bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) negara itu naik 0,1 persen pada Agustus untuk kenaikan 8,3 persen tahun-ke-tahun. IHK inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,6 persen untuk kenaikan 6,3 persen tahun-ke-tahun. Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Indeks yang lebih tinggi dari yang diperkirakan mendorong dolar AS lebih kuat dan memicu ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh Federal Reserve dalam upaya untuk mengekang inflasi yang kian panas.
"IHK Agustus menunjukkan dampak terbatas dari penurunan harga bensin pada inflasi secara keseluruhan, dan bahwa tekanan harga tetap tinggi dan berbasis luas," kata Ekonom Senior FHN Financial, Will Compernolle, Selasa (13/9/2022) dalam sebuah catatan, menambahkan data memperkuat kenaikan suku bunga besar lainnya oleh Federal Reserve.
The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 225 basis poin dalam empat kenaikan sejak Maret, dengan dua kali kenaikan 75 basis poin berturut-turut pada Juni dan Juli. Pedagang pasar uang memperkirakan kenaikan 75 basis poin ketiga ketika bank sentral bertemu pada 21 September untuk memutuskan suku bunga.