Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh mengajak satuan kerja perangkat Aceh (SKPA) untuk melahirkan inovasi mencegah stunting dan menurunkan angka kemiskinan di provinsi itu.
“Inovasi merupakan kunci dan solusi atas berbagai permasalahan pembangunan, baik dari aspek pelayanan publik, maupun tatakelola pemerintahan. Kemampuan menciptakan pembaharuan, menjadi sebuah keharusan di era disrupsi seperti saat ini,” kata Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki di Banda Aceh, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan dalam pidato tertulis dibacakan Sekda Aceh, Bustami dalam acara Anugerah Inovasi Aceh Tahun 2022 di Anjong Mon Mata Banda Aceh.
Ia menjelaskan salah satu isu penting yang harus menjadi perhatian semua pihak adalah masih tingginya persentase penduduk miskin dan prevalensi stunting di Aceh sehingga semua unsur dapat berkolaborasi melakukan terobosan dan inovasi di berbagai dimensi yang merujuk kepada penurunan jumlah penduduk miskin dan stunting.
“Kedua permasalahan tersebut harus dijadikan sebagai indikator utama keberhasilan daerah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dari seluruh aspek pembangunan. Kemiskinan dan stunting merupakan permasalahan yang saling terkait antara satu dengan yang lain,” katanya.Karena itu, sebagai penyelenggara pemerintahan, dapat menginternalisasikan setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun dengan mengedepankan prinsip-prinsip efisiensi, efektifitas, perbaikan kualitas pelayanan, tidak ada konflik kepentingan, berorientasi pada kepentingan umum, dilakukan secara terbuka, memenuhi nilai-nilai kepatutan, dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya..
“Semua aspek tersebut merupakan akumulasi dari upaya kita semua untuk melakukan pembaharuan dengan terus menciptakan solusi atas berbagai kendala dalam pelaksanaan pembangunan, dan tidak terjebak dengan rutinitas yang biasa,” katanya.
Ia juga berharap sebagai salah satu wilayah dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia, sudah sepatutnya semua pihak untuk terus melahirkan berbagai inovasi, guna mengurangi angka stunting di Aceh.
“Stunting merupakan permasalahan serius dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Tantangan ini harus diatasi dengan baik, agar generasi masa depan Aceh dan Indonesia bisa menjadi generasi unggul, berdaya saing, dan berkualitas,” katanya.
Ia menambahkan setiap daerah memiliki karakteristik masalah berbeda, sehingga memerlukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan setiap permasalahan dengan cara berbeda.
“Pengentasan kemiskinan tidak cukup hanya dengan bantuan sosial, tetapi juga membutuhkan dukungan pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, dan sanitasi yang baik, karena itu SKPA dan SKPK perlu melakukan berbagai terobosan guna membangun suatu wilayah dengan sumber daya manusia yang sehat dan produktif,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut pihaknya juga meluncurkan 11 inovasi yakni gampong zakat produktif (Gaz-Pro), bantuan sanitasi bagi keluarga miskin (bang Sani Asik), aplikasi rumoh riset dan inovasi (RURIN), sistem administrasi pembinaan aggaran kabupaten/kota (SPA), gerakan peningkatan produktivitas lahan sawah pratanam (Geupeuaman) dan sistem informasi pelayan benih bersertifikat (Si Naberkat).
Selanjutnya bayar pajak via Qris dinamis, jaringan informasi kearsipan Aceh (JIKA), sistem informasi kearsipan dinamis terintegrasi (Srikandi), sistem informasi data sekolah kita (Sidakota) dan sistem informasi cepat untuk donor darah (Siceudah)