Kepala Desa Lafakha, Kecamatan Alafan, Kabupaten Simeulue, Zulyan di Simeulue, Sabtu, mengatakan penutur bahasa tersebut sekarang ini hanya ada di dua desa
"Bahasa Leukon ini hanya digunakan di Desa Lafakha dan Desa Langi. Sementara di desa lain mayoritas menggunakan Bahasa Devayan serta Bahasa Sigulai yang juga merupakan bahasa asli masyarakat Pulau Simeulue," ujar Zulyan
Menurut Zulyan, mulai berkurangnya penutur Bahasa Leukon dalam percakapan sehari-hari disebabkan banyaknya pendatang masuk ke desa tersebut dan menggunakan bahasa lain.
Oleh karena itu, kata Zulyan, perlu perhatian serius Pemerintah Kabupaten Simeulue untuk melestarikan Bahasa Leukon agar tidak punah. Di antaranya membuat satu kamus Bahasa Leukon.
Selain itu, bisa juga bahasa asli Pulau Simeulue tersebut masuk dalam muatan lokal pelajaran di sekolah dasar, sehingga diajarkan kepada anak sejak usia dini.
"Jika tidak dan dibiarkan terus, Bahasa Leukon bisa punah. Apalagi, sekarang ini penutur menggunakan dalam percakapan sehari-hari semakin sedikit dan kini tinggal seribu orang," kata Zulyan.
Zulyan menjelaskan Bahasa Leukon ini memiliki perbedaan dengan dua bahasa asli lainnya di Pulau Simeulue, yakni Bahasa Sigulai dan Bahasa Devayan.
Mayoritas orang yang bisa Bahasa Leukon, kata dia, dipastikan bisa menuturkan Bahasa Sigulai dan Bahasa Devayan. Sebaliknya, yang bisa Bahasa Sigulai dan Bahasa Devayan belum tentu bisa menggunakan Bahasa Leukon.
"Saat ini, ada seorang warga asing sedang meneliti Bahasa Leukon. Dirinya berharap hasil penelitian tersebut bermanfaat untuk kelestarian Bahasa Leukon," kata Zulyan.