Blangpidie (ANTARA Aceh) - Bakal calon Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim menyatakan, bila dirinya terpilih pada Pilkada 2017, maka akan memajukan kembali bidang pertanian dan perkebunan, karena potensinya masih cukup besar.
"Insyaallah, masalah sawah kita majukan kembali melalui penambahan sarana dan prasarana pertanian, apalagi anggaran daerah saat ini sudah mencapai Rp1.2 triliun," kata Akmal Ibrahim di sela-sela acara silahturahmi dengan ribuan masyarakat di Desa Ie Lhob, Abdya, Jumat (14/10) malam.
Ia mengatakan, pada masa kepemimpinannya pada periode 2007-2012, anggaran daerah keseluruhan hanya sekitar Rp500 miliar, tetapi mampu memajukan masyarakat pedesaan melalui program pertanian, perkebunan dan kelautan.
Periode sekarang, anggaran daerah sudah besar yakni mencapai Rp1.2 triliun, maka secara otomatis penambahan alat bajak traktor, mesin pemotong padi serta bantuan pupuk dan benih padi untuk petani dapat ditingkatkan, ujar dia.
"Saat ini traktor 4 WD paling ada 15 unit, bila kita tambahkan 50 unit lagi hanya menghabiskan dana sekitar Rp17 milar tidak terlalu besar bila kita bandingkan dengan anggaran daerah Rp1,2 triliun," kata Akmal.
"Yang agak serius masalah air. Kalau program saya saluran irigasi Krueng Baru, kita bangun agar bersambung dengan saluran irigasi Babahrot melalui irigasi Kuta Tinggi, baru persoalan kekurangan air bisa teratasi," ujar dia.
Di bidang perkebunan, kata Akmal, dirinya berjanji akan membangun berbagai infrastruktur jalan, saluran dan jembatan di kawasan pegunungan untuk mempermudahkan para petani dalam bercocok tanam di kawasan hutan kemasyarakatan.
"Program ini nantinya kita bangun sama persis sewaktu saya membangun perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee. Biaya pembersihan, biaya tanam, bibit, obat-obatan dan biaya pembukaan lahan kita salurkan melalui bantuan," katanya.
Kata dia, lahan pegunungan sangat penting untuk dijadikan lahan perkebunan masyarakat pedesaan, karena bila terkelola dengan baik, satu hektare lahan hutan bisa mendatangkan hasil sama dengan lima hektare kebun kelapa sawit.
"Lima hektare kelapa sawit mampu kita saing dengan satu hektare lahan kebun di pegunungan dengan cara petani kita ajak untuk menanam jengkol, karena tanaman jengkol mampu mendongkrak ekonomi petani ketika sudah berumur 5 sampai 6 tahun dapat menghasilkan 100 Kg per batang," katanya.
Kata dia, satu hektare lahan pegunungan dapat ditanam tanaman jengkol sebanyak 100 batang, sehingga sekali produksi bisa mendapatkan hasil sekitar 10.000 Kg per hektare.
Bila harga jual Rp5.000/Kg, maka dalam satu hektare bisa mendatangkan hasil mencapai Rp50 juta sekali panen. Sementara tanaman tersebut dalam setahun berproduksi sebanyak dua kali atau sebesar Rp100 juta per tahun.
"Ini masih tingkat tanam jengkol belum lagi dilakukan tumpang sari dibawah tanaman jengkol nantinya kita programkan tanam jernang. Karena harga buah ini semakin mahal yakni mencapai Rp400 ribu hingga Rp600 ribu/Kg," katanya.
Tanaman jernang, kata dia, tidak membutuhkan cahaya 100 persen dan pada zaman sekarang buah jernang sangat diminati oleh luar negeri untuk kebutuhan obat-obatan dan komestik.
"Insyaallah, bila saya terpilih, semua program dahulu kita lanjutkan kembali seperti santunan ibu melahirkan dan santunan kematian akan kita tingkatkan. Begitu juga dengan program-program lain seperti kelautan dan perikanan, kita tingkatkan semua," demikian Akmal Ibrahim.