Meulaboh (ANTARA Aceh) - Masyarakat dan pengungsi korban banjir di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, dilaporkan sudah mulai diserang penyakit kulit gatal-gatal karena sudah empat hari terendam air banjir luapasan sungai Woyla dan Meureubo.
Kepala pelaksana Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat Teuku Syahluna Polem, di Meulaboh, Kamis, mengatakan, sebagian warga yang terisolasi telah dievakuasi oleh tim di lapangan dengan membawa mereka ke tempat lebih aman.
"Dari semua kecamatan terendam ada memang warga dilaporkan sudah mengalami penyakit kulit seperti gatal-gatal, terhadap itu ditangani oleh Dinas Kesehatan, mereka juga tim selama tanggap darurat bencana,"katanya.
Pelayanan kesehatan terhadap pemeriksaan kesehatan korban banjir juga disediakan pada lokasi pengungsian seperti di Pasie Masjid, Kecamatan Mereubo, namun pada hari keempat tanggap darurat kendaraan dinas sudah mobiler.
Selain itu sebut Syahluna, kendaraan dapur umum BPBD Aceh Barat telah bergeser ke Kecamatan Woyla, disana masyarakat yang saat ini masih mengungsi bahkan beberapa desa diantaranya masih terisolir karena banjir belum surut.
Demikian halnya terhadap warga yang mengalami kendala dalam akses menuju daratan telah ditempatkan perahu karet untuk mengantar jemput warga, kondisi tersebut akan terus dilakukan hingga banjir luapan sungai benar-benar telah surut.
"Disana dapur umum dan perahu karet telah disiagakan untuk membantu warga, kita terus memantu perkembangan dan hari ini tim masih bergerak ke wilayah Kecamatan Woyla,"jelasnya dalam konferensi pers di kantor BPBD setempat.
Sementara itu informasi yang dihimpun di lapangan, bahwa akibat banjir melanda 139 desa Sejak Senin (17/10), sebagian warga melaporkan mengalami penyakit kulit seperti gatal-gatal dan kutu air karena telah lama terendam air kotor.
"Sejak banjir tiga hari lalu saya dan keluarga mulai terasa gatal-gatal karena air banjir ini datang dari mana-mana, masuk ke rumah. Kami terus terendam airnya belum surut, kalaupun sudah surut bersih-bersih juga main air,"kata Mas Adi (36) warga Desa Pange, Kecamatan Samatiga.
Dia menyampaikan, ratusan warga setempat terisolasi akibat ketinggian air dalam rumah mencapai 1 meter, sementara di atas badan jalan 60-100 centimeter, warga setempat melaporkan sudah kelaparan karena stok beras di rumah mereka telah basah.
Kemudian Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi (Dinsosnaketrans) Aceh Barat sejak beberapa hari terakhir telah mulai mendistribusikan logistik bantuan masa panik kepada warga korban banjir, baik yang dipegungsian maupun bertahan di rumah.
Bantuan sebanyak 31 ton beras, mie instan, kecap dan saus serta makanan siap saji, kemudian Dinas Sosial Aceh Barat juga telah menerima bantuan logistik dari Dinsos Aceh untuk disalurkan kepada masyarakat Aceh Barat.
"Bantuan logistik dari Dinsos Aceh telah kami terima, kemudian bantuan masa panik juga telah disalurkan bersama BP4K sejak 18-19 Oktober 2016 pada sembilan kecamatan,"tambah Kabid Sosial Dinsosnaketrans Aceh Barat Jhon Aswir.