Jakarta (ANTARA Aceh) - Senyum bahagia bocah-bocah itu memancar ketika tangan kecilnya itu memegang bola sepak berwarna kuning bercampur putih, satu bola lagi berwarna merah dengan strip-strip hitam pada Minggu (11/12) pagi.
Bola itu dipantul-pantulkan ke tanah yang belum lama mengamuk meluluhlantakan Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Satu tangan lainnya, mencoba untuk merebut bola. Entah ingin merasakan bola sepak yang baru datang dari kota itu.
Tapi satu bocah yang paling tinggi tubuhnya, mencoba menentramkan yang lainnya dengan mengajak bermain bola ke sepetak tanah, tepat di seberang rumah ibadah di Kecamatan Panteraja. "Ayo main di sana," kata bocah yang bertubuh bongsor itu sembari diikuti anak-anak lainnya dengan penuh semangat.
Tidak ada dari mereka mengenakan baju tim bola, mereka berpakaian baju bebas dan bertelanjang kaki. Entah kalau diberi bantuan seragam tim bola, mungkin akan bertambah semangat untuk menyepak bola dan memberikan umpan manis ke temannya yang lain.
Entah mereka mengenal sosok Martunis, pemuda kelahiran Banda Aceh, 2 Mei 1997, yang menjadi anak angkat dari pesepak bola dunia yang saat ini bermain di klub Real Madrid Spanyol Cristiano Ronaldo asal Portugal.
Martunis merupakan salah satu anak Aceh korban tsunami Desember 2004, saat ini bermain direkrut klub asal Portugal untuk tim akademi U-19, Sporting Lisbon.
Atau mereka mengenal Andik Vermansyah, pemain sayap dan penyerang lubang PSSI.
Bola sepak itu benar-benar disayang dan sangat berat hati untuk dilepas. Bola sepak yang berasal dari Kota Banda Aceh. Bola sepak yang harus mengikuti jalan aspal selama sekitar tiga jam itu dari Kota Banda Aceh.
Satu bocah lagi Muhammad Ulis, siswa Kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1, Kecamatan Panteraja, berbisik-bisik kepada orang tuanya ingin memiliki bola seperti itu.
"Ulis ingin punya bola itu, ingin beli bola itu," kata bapaknya mengutip bisikan Ulis.
Tentunya untuk saat itu, tidak mungkin dipenuhi. Pasalnya bola-bola itu merupakan sumbangan dari Ikatan Alumni Tekhnik Universitas Hasanuddin (Ikatek-Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (11/12). Yang harus dimiliki bersama-sama dengan teman-temannya yang lain.
Bola sepak itu menjadi hiburan tersendiri untuk bocah korban gempa yang saat itu masih diliburkan sekolahnya. Hiburan untuk menghilangkan kejenuhan dan menghilangkan trauma akan gempa yang telah merubuhkan sejumlah rumah di sekitar tempat tinggalnya itu.
"Bolanya bisa ditambah lagi tidak," kata Rusli, bocah berusia sekitar sembilan tahun warga Kecamatan Bandar Dua.
Semula para bocah itu agak enggan diajak berfoto ria saat pemberian sumbangan itu, namun setelah diasongkan satu bola sepak, merekapun langsung mengiyakan untuk bergaya sembari sedikit malu-malu.
Di satu sisi lainnya, saat itu mereka benar-benar merindukan sekolah yang terhenti ujian tengah semesternya. "Saya ingin segera sekolah dan lanjutkan ujian setelah gempa kemarin," kata Pasya, siswi kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kecamatan Panteraja, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
"Lupa lagi apa saja yang sudah ujian, yang saya ingatnya Matematika dan Bahasa Indonesia," katanya polos saat ditanya Antara di Sigli, Pidie.
Musibah gempa tektonik 6,5 Skala Richter (SR) terjadi pada Rabu (7/12) yang artinya para siswa baru melaksanakan hari kedua dari ujian sekolah tersebut.
"Sekolah saya sendiri tidak rusak hanya retak-retak, tapi diliburkan oleh para guru," tambahnya.
Ia mencoba mengingat-ngingat pelajaran apa saja yang belum diujikan. "Kalau tidak salah, IPS, IPA, Al Quran dan Hadits, Bahasa Arab, SKI," katanya
Saat ditanya siap tidak melanjutkan ujian kembali, ia mengaku sudah siap. "Siap ujian lagi," katanya sambil tersenyum.
Saat pada masa tanggap darurat pascagempa, dia bersama rekan-rekannya menghabiskan waktu main di posko pengungsian bersama teman-teman.
"Masih takut ada gempa lagi, saya tidur dan main-main bersama teman-teman di pengungsian saja. Paling mengisi waktu libur, ikut acara mauludan," katanya.
Perwakilan Ikatek-Unhas Aceh Mayor Laut (P) Muhammad Akbar yang sekarang menjabat Pasi Intel Lanal Sabang di lokasi penyaluran bantuan mengatakan, bantuan itu merupakan bentuk kepedulian dari alumni Fakultas Teknik Unhas.
"Semoga bantuan dari kami ini, bermanfaat bagi para korban," katanya.
Bola sepak itu merupakan bagian dari bantuan Ikatek-Unhas, selain genset, pompa air, makanan dan minuman.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menangani rehabilitasi dan rekonstruksi daerah terdampak gempa bumi di Aceh.
"Karena akan ada pelaksanaan pilkada serentak di 21 daerah di Aceh maka penanganan rekonstruksi rehabilitasi akan dilakukan secara langsung oleh Kementerian PUPR baik untuk rumah, jalan, pasar, fasilitas sosial dan sebagainya," kata Seskab Pramono Anung di Jakarta.
Ia menyebutkan penyerahan penanganan kepada Kementerian PUPR itu merupakan salah satu keputusan Rapat Kabinet Terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla.
Pramono menyebutkan anggaran untuk keperluan itu sudah tersedia dan telah diputuskan oleh Menteri Keuangan. "Mekanisme keuangannya diharapkan tidak bermasalah di kemudian hari," katanya.
Para bocah itu akhirnya memimpikan menjadi seorang Martunis atau Andik Vermansyah di bawah tenda ala kadarnya di muka rumah. Mereka pun bermimpi mendapatkan bola sepak lagi bahkan kostum bola. Menghapus mimpi buruk akan gempa.