Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut komoditas cabai merah menjadi penyumbang tertinggi tingkat inflasi di Aceh pada Juli 2023, sehingga provinsi paling barat Indonesia itu mengalami inflasi 0,19 persen pada bulan itu.
Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Selasa, mengatakan inflasi Aceh terjadi karena adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) secara mont-to-mont/m-to-m gabungan dari tiga kota di Tanah Rencong itu, dari IHK sebesar 116,51 pada Juni 2023 menjadi 116,73 pada Juli 2023.
“Ada pun inflasi nasional secara m-to-m sebesar 0,21 persen. Artinya inflasi gabungan Aceh sedikit lebih rendah dibanding inflasi nasional,” kata Ahmadriswan.
Baca juga: BPS: Daging ayam ras penyumbang tertinggi inflasi di Aceh pada Juni
Ia menjelaskan pada Juli 2023, dari 11 kelompok pengeluaran yang dipantau BPS, ada tiga kelompok yang memberikan andil inflasi yaitu kelompok makanan, minuman, tembakau sebesar 0,14 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 0,04 persen dan kelompok transportasi sebesar 0,06 persen.
Selanjutnya, dua kelompok memberi andil deflasi yaitu kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar lainnya sebesar 0,04 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen. Sedangkan enam kelompok lainnya tidak memberi andil apapun, atau harga cenderung stabil pada bulan itu.
“Yaitu kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, kelompok kesehatan, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya, kelompok pendidikan, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman,” ujarnya.
Adapun komoditas yang memberi andil inflasi tertinggi secara m-to-m di Aceh yaitu cabai merah sebesar 0,16 persen, kemudian angkutan udara 0,06 persen, beras 0,04 persen, kentang 0,03 persen serta bawang putih, semangka, pir, seragam sekolah anak, cabai hijau dan ikan tuna sebesar 0,02 persen.
“Sedangkan penyumbang dominan deflasi yakni ikan tongkol 0,10 persen, bahan bakar rumah rumah tangga 0,04 persen, udang basah 0,03 persen dan mobil, jeruk, ikan dencis dan ayam hidup sebesar 0,02 persen,” ujarnya.
Menurut dia, pengukuran inflasi Aceh dilakukan dari tiga kota di Aceh yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh (Aceh Barat). Inflasi m-to-m untuk Banda Aceh 0,30 persen, Lhokseumawe deflasi sebesar 0,04 persen dan Meulaboh inflasi sebesar 0,22 persen.
Sedangkan untuk year-to-year/yoy, kata dia, Aceh mengalami inflasi 2,02 persen. Secara nasional, inflasi Aceh untuk yoy juga lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,08 persen.
Kata dia, BPS mencatat inflasi Aceh secara yoy terjadi disebabkan karena hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran terjadi kenaikan.
“Komoditas yang memberi andil inflasi dominan secara yoy di Aceh yakni bensin 0,81 persen, beras 0,41 persen, rokok kretek filter 0,30 persen. Sementara yang memberi andil deflasi secara yoy antara lain cabai merah 1,05 persen, bawang merah 0,33 persen, dan angkutan udara 0,27 persen,” ujarnya.
Baca juga: Komitmen kendalikan inflasi, Aceh Besar raih insentif fiskal
Cabai merah jadi penyumbang inflasi tertinggi di Aceh pada Juli
Selasa, 1 Agustus 2023 14:02 WIB