Ia menilai program peningkatan kemasan itu telah memberi dampak positif bagi pelaku UMKM. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan penjualan produk setelah menggunakan kemasan baru yang jauh lebih menarik.
“Salah satu dampak positif dari house of packaging ini ialah yang dialami UMKM Shahia, salah satu produknya Shahia makaroni. Dalam tiga bulan mereka bisa mencapai 500 pcs penjualan, yang biasanya mereka menghabiskan 500 pcs itu dalam waktu enam bulan,” ujarnya.
Rumah BUMN latih 118 UMKM perempuan di Aceh
Pemilik Shahia Makaroni Susi Yuliana memulai usaha itu sejak 2018. Selama ini, dirinya mengemas produk makaroni tersebut dengan kemasan biasa, berupa plastik bening. Namun kini kemasan baru produk Shahia makaroni itu didesain lebih menarik dan modern.
"Penjualan ini meningkat selama tiga bulan terakhir, setelah menggunakan kemasan baru. Sekarang omzet Rp3 juta per bulan, setelah ada kemasan baru ini, kalau sebelumnya Rp1,5 juta per bulan,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Pemilik Ayya Snack Eva Siregar dengan produk keripik bronis. Mereka menerima subsidi pembuatan kemasan baru sebanyak 500 pcs. Bantuan pembuatan kemasan hanya diterima sekali, namun kini tetap dilanjutkan dengan melakukan pembuatan dan pemesanan kemasan secara mandiri.
Menurut dia, dirinya lebih percaya diri untuk menjual produk keripik bronis dengan kemasan baru. Apalagi, penjualan produk tersebut di gerai-gerai suvenir di Kota Sabang sempat vakum karena banyak yang tidak terjual.
“Karena dulu kemasan biasa, jadi sempat vakum. Setelah ada bantuan kemasan ini langsung hidup lagi. Sekarang orang udah banyak kenal (kripik bronis, red) dengan kemasan baru ini, jadi kita tetap lanjutkan secara mandiri,” ujarnya.
Baca juga: 20 UMKM Aceh menuju "go global" ke Festival Pasar Senggol Turkiye 2023 di Istanbul