Simeulue (ANTARA) - Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Kabupaten Simeulue, Aceh, menyatakan budidaya perikanan di kabupaten kepulauan tersebut hingga saat ini masih tergolong rendah.
Sekretaris DKP Simeulue Roli Mindasyah Putra di Simeulue, Kamis, mengatakan penyebab masih rendahnya budidaya perikanan di Simeulue karena suplai benih belum tersedia.
"Produksi benih belum ada di Simeulue, sehingga masyarakat kesulitan mengembangkan perikanan budi daya perikanan," kata Roli Mindasyah Putra.
Menurut dia, selama ini benih perikanan di Simeulue ini masih didatangkan dari daratan Aceh dengan biaya yang cukup tinggi, sehingga membebani biaya operasional pembudi daya.
Oleh karena itu, DKP Kabupaten Simeulue mulai tahun ini berupaya mengoperasikan kembali balai benih ikan pantai, sehingga nantinya dapat menyuplai benih perikanan pada masyarakat nelayan.
"Kami berharap balai benih ikan pantai di Desa Busung, Kabupaten Simeulue itu bisa beroperasi kembali, sehingga suplai benih bisa terpenuhi," kata Roli Mindasyah.
Ia menyebutkan beberapa budi daya perikanan di Kabupaten Simeulue di antaranya budi daya perikanan air laut dengan keramba apung meliputi kerapu, lobster, dan ikan kue.
Sedangkan budi daya perikanan air payau dengan tambak yakni ikan bandeng, udang, kepiting, dan lainnya. Serta budi daya perikanan air tawar dengan media kolam untuk ikan lele dan ikan nila.
"Hasil budi daya perikanan yang ada sekarang ini hanya untuk memenuhi pasar lokal. Sedangkan untuk ekspor, baru gurita, dikirim ke Jepang. Gurita tersebut merupakan hasil perikanan tangkap, bukan budi daya," kata Roli Mindasyah Putra.