Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Kota Lhokseumawe, Aceh, menyebut produk anyaman daun pandan dari para perajin di Gampong Jamboe Masjid, Kecamatan Blang Mangat, siap menjajaki pasar nasional, sehingga pemerintah daerah akan terus memberi pembinaan serta pendampingan.
Pj Wali Kota Lhokseumawe A Hanan dalam keterangan diterima di Banda Aceh, Kamis, mengatakan hasil kerajinan tangan anyaman daun pandan yang dibuat oleh kelompok ibu rumah tangga di Desa Jambo Mesjid ini memiliki potensi besar untuk masuk ke pasar nasional.
“Kami selaku pemerintah kota Dekranasda Lhokseumawe berkomitmen memberikan dukungan perajin yang maksimal dengan melakukan pembinaan untuk memperkaya motif dalam anyamannya,” katanya .
Hal itu disampaikan Hanan di sela-sela mendampingi Pj Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Dekranasda Aceh Safriati, yang juga turut hadir Pj Dekranasda Lhokseumawe Ainal Mardhiah di Kota Lhokseumawe.
Menurut Hanan berbagai produk yang dihasilkan dari anyaman daun pandan duri dari perajin setempat seperti tikar, kotak tisu, sarung bantal hingga kotak parsel.
Baca: Dekranasda gandeng pengrajin rotan Aceh perluas pasar dengan teknologi
Produk-produk anyaman daun pandan tersebut dijual mulai harga Rp15 ribu hingga Rp1 juta per produk, tergantung dengan tingkat kesulitan dan lama pengerjaan.
Sebab itu, pemerintah akan terus memberikan pendampingan kepada perajin agar produk yang dihasilkan semakin berkualitas, mulai dari pemasangan merek, kemasan produk hingga membuka ruang penjualan lebih luas dengan memanfaatkan relasi maupun sistem penjualan daring.
“Kami berharap tata dan motif anyaman tikar di Desa Gampong Mesjid dapat menjadi nominasi di tingkat Provinsi Aceh dan bersaing dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu, Pj Ketua Dekranasda Aceh Safriati mengatakan Desa Jambo Mesjid memang fokus pada kerajinan anyaman. Pihaknya memberikan arahan, masukan, dan koreksi agar masyarakat lebih terbuka terhadap perubahan dan peningkatan kualitas produk di masa mendatang.
Ia mendorong pentingnya kolaborasi antara perajin dan Dekranasda untuk memastikan produk anyaman dari daerah ini dapat dikenal lebih luas dan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
"Ayaman disini sudah bagus, tetapi masih memerlukan inovasi dan variasi teknik, tidak hanya sebatas tikar. Daerah ini memiliki potensi besar, karena bahan baku untuk anyaman tersedia di sekitar,” ujarnya.
Baca: Dekranasda tingkatkan pembinaan industri kerajin gerabah di Aceh Besar