Kualasimpang, Aceh (ANTARA) - Bupati Aceh Tamiang, Mursil menegaskan dirinya beserta jajaran di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat berkomitmen tinggi dalam melestarikan hutan dan menjaga lingkungan wilayah yang terletak di perbatasan Aceh-Sumatera Utara tersebut.
"Walaupun begitu, kita tetap meminta dukungan semua pihak dalam menjaga lingkungan dan hutan serta pemberdayaan perekonomian masyarakat yang ada di Aceh Tamiang ini," kata Mursil di Kualasimpang, Sabtu.
Baca juga: DLH Aceh Tamiang kejar pembangunan 10 bank sampah hingga akhir tahun
Ia memastikan, hingga kini tidak terdapat perambahan hutan baru di wilayah sekitar 195.702,50 hektare tersebut dengan lahan perkebunan milik perusahaan di antaranya tercatat seluas 46.817 hektare, dan diikuti lahan perkebunan rakyat mencapai 44.460 hektare.
Bupati mengakui, dewasa ini rendahnya harga jual di pasaran untuk hasil sektor perkebunan, seperti karet dan kelapa sawit yang menyebabkan perekonomian mayoritas masyarakat di Aceh Tamiang kian terpuruk.
Baca juga: Wabup Aceh Tamiang: Segera ajukan pencarian dana desa tahap ke-3
"Semoga dengan kunjungan (Earthworm Foundation), bisa menjelaskan keadaan yang sebenarnya tentang Kabupaten Aceh Tamiang sehingga harga-harga hasil perkebunan masyarakat dapat naik kembali," jelas dia.
Kemarin atau Jumat (4/10), Bupati Aceh Tamiang, Mursil dihadiri sejumlah pejabat terkait di lingkungan pemkab setempat telah menerima kedatangan tamu dari perwakilan Earthworm Foundation di Aula Setdakab Aceh Tamiang, Kualasimpang.
Perwakilan tersebut mengemukakan, adapun maksud kunjungan mereka ke kabupaten berjuluk "Negeri Raja Muda Sedia" merupakan tindak lanjut atas berbagai isu-isu beredar mengenai hutan dan lingkungan.
Terkait isu negatif tentang perambahan hutan di Aceh Tamiang, Earthworm Foundation telah melihat langsung ke lokasi dan sudah dapat memastikan bahwa isu yang selama ini beredar tidak benar.
Mereka sangat menyambut baik komitmen yang kuat dari bupati Aceh Tamiang terkait pelestarian hutan dan lingkungan. Karena itu, pihaknya akan menyampaikan ke perusahaan mitra mereka di negara tujuan menampung hasil perkebunan atas komitmen tersebut.
Earthworm Foundation sendiri merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang peduli hutan dan lingkungan. Lembaga ini terdiri dari perusahaan-perusahaan di Eropa dan Asia yang membeli hasil bumi dari Indonesia, seperti minyak sawit, karet, coklat, dan lainnya.