Takengon (ANTARA) - Sekolah-sekolah terpencil di Kabupaten Aceh Tengah saat ini menerapkan sistem luring atau luar jaringan sebagai pengganti pembelajaran tatap muka selama pandemi COVID-19.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah Uswatuddin mengatakan jika banyak sekolah saat ini menerapkan metode pembelajaran dengan sistem daring atau dalam jaringan (Online) selama pandemi, maka sistem luring dikhususkan bagi sekolah-sekolah di wilayah terpencil yang tidak memiliki akses internet atau bagi para anak yang tidak memiliki smartphone.
"Ya, bagi sekolah-sekolah di wilayah pinggiran yang tidak ada akses jaringan internet atau anak tidak ada smartphone, itu kita terapkan sistem luring. Jadi gurunya yang datang ke rumah-rumah siswa," kata Uswatuddin, Senin.
Dia menjelaskan sistem luring ini dijalankan dengan cara memberikan tugas terjadwal kepada para guru untuk mendatangi langsung rumah-rumah siswanya.
Dalam satu minggu kata Uswatuddin para guru bisa bertugas selama tiga atau empat hari.
"Jadi guru datang memberikan sedikit materi, memberikan sedikit soal, kemudian pada hari yang lain gurunya datang lagi untuk mengambil," tutur Uswatuddin.
"Dan itu lumayan efektif, karena bagi wilayah-wilayah terpencil yang masih aman dari penyebaran Corona, itu siswanya bisa langsung bertemu dengan gurunya," tambahnya.
Uswatuddin menuturkan pembelajaran dengan sistem luring ini sudah dimulai sejak awal pandemi COVID-19 pada Maret lalu.
Menurutnya hingga saat ini penerapan sistem tersebut berjalan baik dan efektif tanpa ada kendala berarti.
"Sejauh ini tidak ada kendala. Yang ada kendala sedikit itu gurunya karena berjalan kesana kemari meminta apakah tidak ada uang minyak. Nah itu kita serahkan ke pihak sekolah. Kendala yang lain tidak ada," ujarnya.
Secara keseluruhan kata Uswatuddin hanya sekitar 25 persen saja sekolah yang menerapkan pembelajaran sistem luring ini dari total keseluruhan sekolah yang ada di Aceh Tengah.
Diantaranya adalah sekolah-sekolah di wilayah Kecamatan Linge, Rusip, dan Kecamatan Ketol.
"Itu pun tidak semua sekolah, jadi sebagian sekolah di Linge, sebagian sekolah di Rusip, dan sebagian sekolah di Ketol. Kalau kita total hanya sekitar 25 persen saja," tuturnya.
"Jadi kita ingin sampaikan juga bahwa walaupun situasi seperti saat ini pendidikan kita tidak boleh mati. Kita juga berharap kepada para orangtua agar tetap mengawasi anak-anaknya di rumah, walaupun kita tidak meminta para orangtua mengajari anaknya tetapi mohon diawasi," ucap Uswatuddin.