Jakarta (ANTARA) - Syahrian Abimanyu bisa bernapas lega setelah dirinya bisa menapaki karier di luar negeri ketika kondisi pesepakbolaan Indonesia tengah dalam kondisi mati suri. Ia menjadi salah satu di antara ratusan pemain sepak bola Indonesia yang beruntung bisa berkiprah di luar negaranya.
Diikat klub elit Liga Malaysia Johor Darul Takzim (JDT) dengan kontrak jangka panjang memang patut disyukuri. Apalagi klub milik taipan Tunku Ismail Idris itu bertransformasi menjadi salah satu klub paling elit di Asia Tenggara dengan segala fasilitas kelas wahid.
Keberuntungan Syahrian tak berhenti di situ saja, oleh JDT ia dipinjamkan ke salah satu tim Liga Australia (A-League) Newcastle Jets. Tentu peminjaman ini lebih baik ketimbang bermain di Liga Malaysia, sebab Liga Australia dikenal kompetisi yang mengandalkan taktik, kepintaran, serta harus berjuang menghadapi kekarnya para pemain ber'gen' Eropa.
Jika Syahrian bisa beradaptasi melawan ketatnya kompetisi Liga Australia, tentu Indonesia bakal memiliki sederet keuntungan besar terutama tentang aset masa depan tim nasional, serta menjadi pintu gerbang mengenalkan kualitas sepak bola Indonesia di pentas sepak bola dunia khususnya Australia.
Berkah pandemi
Pandemi COVID-19 yang telah menjangkiti seluruh dunia masih menjadi momok menakutkan. Seluruh dunia masih berperang dalam memutus rantai penularan virus mematikan tersebut.
Rob Wallace dalam buku, Matinya Epidemolog: Ekspansi Modal dan Asal-Usul COVID-19, mengatakan apabila pandemi tak segera teratasi akan menyebabkan dua pertiga populasi dunia menjadi inang dari jenis patogen ini.
Pandemi ini membuat berjuta-juta orang berlindung di tempat masing-masing, dunia terasa lebih kecil dibanding waktu-waktu lain selama hidup kita. Dan dunia dihantui momok yang menakutkan, baik yang sedang terinfeksi maupun yang dalam kondisi sehat.
Begitu pula di Indonesia, pandemi yang berlangsung hampir setahun ini telah berdampak pada berbagai macam aspek pembangunan nasional, termasuk di sektor olahraga yang terpaksa menghentikan kegiatan pelatihan dan agenda kompetisi.
Kompetisi sepak bola Indonesia harus dihentikan sejak Maret saat kompetisi baru berjalan tiga pertandingan. PSSI mau tak mau mesti mengambil langkah tersebut agar tak menjadi klaster dari olahraga paling populer seantero jagat ini.
Di balik kisah pilu sepak bola Indonesia, terselip makna keberkahan yang bisa dipetik. Sejumlah pemain kita banyak dilirik klub-klub luar negeri baik itu hanya sekedar dipinjamkan maupun diikat dengan kontrak jangka panjang, dan Syahrian Abimanyu menjadi satu di antaranya.
Yang menjadi pusat perhatian dewasa ini yakni bergabungnya pemain jebolan Garuda Select, Bagus Kahfi, ke klub Liga Belanda FC Utrecht. FC Utrecht memang bukan salah satu klub langganan juara seperti Ajax, Feyenoord, maupun PSV Eindhoven. Akan tetapi, bermain di salah satu kiblat sepak bola dunia merupakan suatu kebanggaan yang tak bisa dipungkiri.
Belanda menjadi pintu masuk bagi para pemain luar Eropa untuk beradu nasib. Syukur-syukur apabila kemampuannya di atas rata-rata, bukan tidak mungkin pemain tersebut bisa melenggang mulus di kompetisi lebih elit dan kompetitif semacam Liga Inggris maupun Liga Spanyol.
Untuk ukuran pemain Indonesia, memang sulit bisa menembus pasar Eropa tetapi setidaknya ilmu yang akan mereka peroleh bakal menjadi aset peningkatan level sepak bola kita yang melulu mengandalkan kekuatan dan kecepatan bukan intelegensia.
Mereka yang bermain di luar negeri
Sejumlah pemain asal Indonesia mendapatkan kesempatan untuk berkarier di luar negeri. Dari nama-nama itu ada beberapa yang sudah meninggalkan Indonesia sebelum pandemi menyeruak di dalam negeri atau memang sebelumnya telah bermain di negeri nun jauh di sana.
Egy Maulana Vikri menjadi generasi pertama di eranya yang mencicipi kompetisi Eropa. Ia bergabung bersama klub asal Polandia, Lechia Gdansk, sejak 2018. Akan tetapi, kariernya tak semulus seperti yang diharapkan. Ia masih kesulitan untuk menembus skuad utama dan kerap menjadi penghangat bangku cadangan.
Pada tahun yang sama, Yanto Basna kemudian menjadi pemain lainnya yang berkarier di luar negeri. Ia hijrah ke Liga Thailand bersama klub kasta kedua, Khon Kaen. Penampilan apiknya di barisan belakang yang kemudian membawanya tampil di Thai League 1 bersama Sukhotai. Semusim kemudian Basna membela PT Prachuap.
Estafet kemudian berlanjut ke Witan Sulaiman. Witan saat ini tengah meniti karier di klub Serbia, FK Radnik Surdulica, sejak Februari 2020. Pemain timnas U-19 itu diikat Radnik dengan durasi kontrak 3,5 tahun dengan opsi perpanjangan apabila penampilannya terus berkembang.
Pemain muda asal Papua, Todd Rivaldo Ferre, menapaki jejak yang dilalui Yanto Basna. Ia bergabung dengan klub kasta kedua Thailand, Lampang FC, dengan status pinjaman. Jika Todd Ferre mampu bermain apik, bukan tidak mungkin ia bakal dilirik klub Thailand lainnya.
Paling menyita perhatian dari hijrahnya para pemain Indonesia berkarier di luar negeri yakni Bagus Kahfi. Jebolan Garuda Select itu mampu menembus Liga Belanda bersama FC Utrecht, meski bekas pemain Barito Putera itu hanya akan tampil di klub junior.
Selain nama-nama di atas, beberapa pemain lainnya tampil di luar negeri seperti Syahrian Abimanyu (Johor Darul Takzim yang kemudian dipinjamkan ke klub Australia, Newcaslte Jets), Asnawi Mangkualam (Ansan Greeners/Korea Selatan), Brylian Aldama (HNK Rijeka/Kroasia), Ryuji Utomo (Penang FC/Malaysia), Dallen Doke (trial bersama Cheongju FC/Korea Selatan), Abanda Rahman (Lalenok United/Timor Leste).
Kemudian pemain yang memang belum mencicipi kompetisi Liga Indonesia dan telah berkarier di luar negeri seperti Kelana Noah Mahesa (Bonner SC/Jerman), Luah Mahesa (Bonner SC/Jerman), Khairul Imam Zakiri (seleksi bersama C.P Villarrobledo/Spanyol), Ryu Nugraha (keturunan Indonesia-Jepang yang bermain di Fukui United/Jepang), Elkan Baggot (Ipwich Town/Inggris).
Selain nama-nama di atas, sejumlah pemain juga dirumorkan akan bergabung dengan klub luar negeri yakni Saddil Ramdani (dibidik Sabah FA), Ferdinand Sinaga (dibidik Boavista FC/Timor Leste), dan Beckham Putra Nugraha (FK Sutjeska Niskic/Montenegro).
Banyaknya pesepakbola Indonesia yang berkarier di luar negeri tentu menjadi nafas baru dari bangkitnya sepak bola kita di tengah pandemi. Kala PSSI hanya bisa gigit jari melihat kompetisi-kompetisi luar negeri yang telah beradaptasi, pemain muda kita mulai menapaki diri demi mencapai ambisi pribadi.
Napas baru bangkitnya sepak bola di kala pandemi
Sabtu, 6 Februari 2021 19:22 WIB