Petugas kesehatan memindahkan jasad wanita yang tewas akibat virus Ebola di distrik Abeerden, Freetown, Sierra Leone, Selasa (14/10). (REUTERS/Josephus Olu-Mammah)
Roma (Antaraaceh) - Jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akibat wabah Ebola di Guinea, Liberia dan Sierra Leone bisa mencapai satu juta sampai Maret 2015, kecuali akses ke makanan ditingkatkan secara drastis dan dilakukan tindakan untuk memelihara produksi tanaman dan ternak.
Dampak penyakit tersebut berpotensi menghancurkan ketiga negara itu, yang sudah menghadapi kerawanan pangan kronis, kata Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) di dalam siaran pers pada Rabu (17/12).
Penutupan perbatasan, karantina, larangan berburu, dan pembatasan lain sangat menghalangi akses rakyat ke pangan, dan mengancam kehidupan mereka, mengganggu pasar pangan dan rantai pemrosesan serta menambah parah kekurangan yang berpangkal dari hilangnya tanaman di daerah yang menghadapi angka penularan Ebola tertinggi, kata badan PBB yang berpusat di Roma itu.
Pada Desember 2014, setengah juta orang diperkirakan menghadapi kondisi rawan pangan parah di ketiga negara yang paling berat dilanda Ebola di Afrika Barat, demikian laporan Xinhua.
Hilangnya produktivitas dan penghasilan rumah tangga akibat penyakit, kematian yang berkaitan dengan Ebola serta orang tak bisa bekerja, karena khawatir tertular, menambah parah kelambanan ekonomi di ketiga negeri tersebut.
Situasi itu terjadi saat makin banyak pangan diimpor oleh ketiga negeri tersebut, namun penghasilan dari komoditas ekpor kena dampaknya.
Di dalam laporan mereka, FAO dan WFP menjelaskan bagaimana wabah Ebola telah mengakibatkan guncangan kuat pada sektor pangan dan pertanian di negara yang terpengaruh itu.
Editor: Heppy Ratna
Satu Juta Orang Kelaparan Akibat Ebola di Afrika
Kamis, 18 Desember 2014 13:22 WIB