Aceh Tamiang (ANTARA) - Bupati Aceh Tamiang Mursil menyebut perlu ada penelitian untuk mengetahui berapa lama usia cagar budaya Bukit Kerang serta meter legenda yang ditinggalkan.
"Bisa jadi apakah ada legendanya. Ini harus dicari ini, seperti Sangkuriang kan, ada legendanya, mitosnya. Bukit Kerang ini ada, ini perlu tenaga-tenaga ahli yang meneliti. Bisa jadi sudah ada hasil penelitian cuma kita belum baca. Itu yang harus kita cari lagi," kata Bupati Mursil di Aceh Tamiang, Kamis.
Situs cagar budaya Bukit Kerang berada di Kampung Masjid, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang. Menurut Mursil, di tingkat kabupaten tidak ada dinas yang langsung mengurus masalah cagar budaya, sehingga untuk mengelola dan memugar suatu situs tidak ada ilmunya.
"Kita hanya bisa menetapkan seperti pasang plang tulisan, tapi itu juga perlu ada koordinasi dengan provinsi," ujarnya.
Mursil menyatakan ke depan ingin memperjelas status cagar budaya Bukit Kerang. Sebab kawasan Bukit Kerang rawan diklaim kepemilikan pribadi serta berada di tengah areal perkebunan sawit yang notabene HGU.
"Lokasi ini dulu kalau kita kaji hanya tanah rawa yang tidak ada tuannya. Panjang ceritanya kalau mau kita usut-usut. Sekarang bagaimana kita mengembangkan cagar budaya ini yang penting bisa lestari tidak ada lagi oknum masyarakat yang mengambil kulit kerang," pungkas Mursil.
Juru Pelihara (Jupel) Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh Husni Hidayat mengatakan diperlukan anggaran Rp1 miliar untuk memugar keseluruhan cagar budaya Bukit Kerang, mulai perbaikan pagar, gapura, akses jalan dan paving block.
Menurut Husni Bukit Kerang di wilayah Sungai Iyu Aceh Tamiang itu sudah ditetapkan tahun 2003 oleh BPCB Aceh sebagai situs cagar budaya peninggalan manusia purbakala yang hidup ribuan tahun silam.
"Usia kulit kerang yang membentuk seperti bukit itu diperkirakan sudah 4.000 tahun sebelum Masehi," tutur Husni Hidayat.
Konon, lanjut Husni Hidayat, kawasan Bukit Kerang tersebut merupakan lautan. Penelitian perdana pernah dilakukan oleh orang Belanda sekitar tahun 1920-1930. Peneliti juga menemukan tali kapal sepanjang ratusan meter.
"Selain kulit kerang, peninggalan purbakala yang diyakini masih tersisa ada batang kayu jenis damar, rambutan hutan dan rambung hutan berada di lokasi yang sama," beber Jupel situs ini.
Masih menurut Husni Hidayat, di wilayah pesisir Aceh Tamiang terdapat lima titik Bukit Kerang tersebar di lima desa dan dua kecamatan. Namun empat Bukit Kerang lainnya sudah rata dengan tanah.
"Yang masih ada buktinya Bukit Kerang di Kampung Masjid ini. Dulu tingginya mencapai tujuh meter, sekarang hanya tinggal tiga hingga meter saja akibat banyak dijarah warga sekitar dijual untuk dijadikan bahan kapur," pungkas Husni Hidayat.