New York (ANTARA) - Dolar mencapai level tertinggi 20-tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena aksi jual saham yang tajam mendorong permintaan untuk mata uang safe-haven dan Federal Reserve dipandang melakukan kebijakan moneter lebih ketat daripada rekan-rekannya.
Saham-saham jatuh pada Kamis (5/5/2022) karena investor khawatir The Fed mungkin perlu mengambil tindakan yang lebih drastis untuk mengendalikan inflasi.
Greenback turun pada Rabu (4/5/2022), dan saham naik, setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kepada wartawan bahwa pembuat kebijakan tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan 75 basis poin di masa depan. Itu terjadi setelah bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin, seperti yang diperkirakan secara luas.
"Pasar mendukung keputusan Fed yang mengorbankan dolar karena membantu memadamkan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga agresif yang mendorong ekonomi ke dalam resesi," Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions mengatakan dalam sebuah laporan.
“Dolar bangkit kembali, karena suku bunga masih tampak di jalur ke lebih dari dua kali lipat (1,9 persen) pada Juli dan berpotensi tiga kali lipat (2,7 persen) pada akhir tahun, pandangan hawkish yang kuat yang membedakan The Fed dari saingan utamanya," dia menambahkan.
Indeks dolar mencapai 103,94, tertinggi sejak Desember 2002, sebelum jatuh kembali ke 103,73, naik 1,16 persen hari ini.
Sterling jatuh ke level terendah sejak Juni 2020 setelah bank sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2009 tetapi memperingatkan bahwa ekonomi berisiko resesi.
“Bank sentral Inggris sangat dovish,” kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York. Mereka "pada dasarnya memberi tahu pasar bahwa mereka benar-benar terlalu mahal di jalur suku bunga bank."
Mata uang Inggris terakhir merosot 2,25 persen pada 1,2351 dolar.
Euro juga melemah setelah data Jerman menunjukkan bahwa pesanan industri pada Maret mengalami penurunan bulanan terbesar sejak Oktober lalu.
Mata uang tunggal telah jatuh karena kawasan itu berjuang dengan pertumbuhan yang lebih lemah dan gangguan energi karena sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah invasi ke Ukraina.
Euro jatuh ke 1,0518 dolar, turun 0,98 persen, dan bertahan tepat di atas level terendah lima tahun di 1,0470 dolar yang dicapai Kamis (28/4/2022) lalu.
Investor akan fokus pada data inflasi AS untuk petunjuk lebih lanjut tentang seberapa agresif Fed akan mengetatkan kebijakan.
Rilis ekonomi utama AS minggu ini adalah laporan pekerjaan pemerintah untuk April yang dirilis pada Jumat waktu setempat, sementara data harga konsumen juga akan dirilis pada Rabu (11/5/2022).
Klaim baru untuk tunjangan pengangguran AS meningkat ke level tertinggi lebih dari dua bulan pekan lalu, tetapi tetap pada level yang konsisten dengan pengetatan kondisi pasar tenaga kerja dan kenaikan upah lebih lanjut yang dapat membuat inflasi tetap panas untuk sementara waktu, data pada Kamis (5/5/2022) menunjukkan.
Dolar capai tertinggi 20-tahun, sterling jatuh karena BoE "dovish"
Jumat, 6 Mei 2022 5:50 WIB