Jakarta (ANTARA Aceh) - Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) meluncurkan buku yang berjudul 'Skenario Indonesia 2045; Sketsa Peluang dan Tantangan Masa Depan', di Gedung Lemhannas, Jakarta, Senin.
Buku setebal 52 halaman, yang ditulis tim internal Lemhannas RI, yakni Didin S Damanhuri, Panutan S Sulendrakusuma, Syahrul Ansory dan Timotheus Lesmana W diluncurkan oleh Gubernur Lemhannas, Budi Susilo Soepandji.
Budi Susilo Soepandji mengatakan, buku itu memberikan gambaran tentang berbagai kemungkinan Indonesia pada Tahun 2045.
"Kita berharap, di usianya ke-100 tahun Indonesia merdeka pada 2045, Indonesia akan tampil sebagai negara yang maju dan kuat sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri bangsa," kata Budi dalam sambutannya.
Namun demikian, perlu disadari bahwa berbagai dinamika perubahan dalam lingkup nasional, regional maupun global yang nantinya akan mempengaruhi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Lemhannas RI membentuk tim kajian untuk menyusun skenario yang menggambarkan Indonesia di tahun 2045 dengan menggunakan metode skenario transformatif.
Dengan berbagai tahapan dalam penyusunan buku skenario ini, dihasilkan empat skenario yang disimbolisasikan dengan skenario 'mata air', skenario 'sungai', skenario 'kepulauan' dan skenario 'air terjun'.
"Keempat skenario ini menjadi penting bila kita melihatnya sebagai 'early warning' terhadfap kemungkinan-kemungkinan kondisi bangsa ini di masa depan," katanya.
Oleh karena itu, tambah dia, seluruh pemangku kepentingan harus mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang digambarkan di setiap skenario agar bersama-sama dapat menjamin dan memastikan bahwa tujuan terbentuknya NKRI tetap dapat terwujud.
"Keempat skenario ini hanya gambaran berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Ini tergantung bagaimana kemampuan, tekad, dan kecerdasan kita dalam mengelola dan memanfaatkan peluang dan tantangan dalam kerangka NKRI di masa depan," tutur Gubenur Lemhannas.
Peluncuran buku itu merupakan awal pekerjaan besar Lemhannas RI yang harus disikapi dengan kerja keras dan kerja cerdas disertai dengan konsistensi dan komitmen jangka panjang yang tidak dapat dibatasi oleh waktu.
Salah satu penulis buku, Panutan S Sulendrakusuma, menyebutkan, skenario adalah kisah tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan, dimana esensi dari proses skenario adalah aktor-aktor utama dari sistem yang sedang dipelajari tentang apa yang terjadi, dapat terjadi dan yang perlu terjadi dalam sistem tersebut.
Skenario Indonesia 2045 ini menggunakan orientasi transformatif, dimana perencanaan dibutuhkan apabila pengambil kebijakan menghadapi kondisi dengan tiga karateristik.
"Metode yang digunaka untuk mengembangkan skenario ini adalah metode induktif. Pemilihan metode ini karena lebih kreatif, meski prosesnya lebih sulit dibandingkan metode deduktif," ujar Panutan.
Dalam skenario Indonesia 2045, dihasilkan empat skenario yang disimbolisasikan dengan skenario 'mata air', skenario 'sungai', skenario 'kepulauan' dan skenario 'air terjun'.
Dalam buku itu tertuang bahwa Skenario mata air, dimana pada tahun 2045, Indonesia diisi oleh generasi baru yang memiliki pandangan berbeda dari generasi pendahulunya.
Mempertahankan kesatuan NKRI haru lebih didasarkan pada prinsip fungsional dibandingkan integrasi historis. Namun demikian, kebijakan publik masih diwarnai oleh pencampuran kepentingan bisnis dan politik, sehingga suhu politik sering meningkat.
Di tingkat daerah, kualitas institusi dan sumber daya manusia yang masih belum merata menyebabkan tidak hanya sering terjadi korupsi, tetapi juga menimbulkan gesekan sosial antara putra daerah dan pendatang sebagai akibat persaingan untuk memperoleh sumber daya ekonimi.
"Ketimpangan antardaerah masih terjadi sehingga aspirasi memisahkan diri kadang-kadang masih terdengar," kata Panutan.
Dalam skenario sungai disebutkan, bahwa Indonesia di tahun 2045 telah mampu keluar dari ancaman 'failed state' karena pada waktu itu Indonesia telah menjadi negara industri yang cukup maju dengan struktur ekonomi 'belah ketupat'.
Jumlah kelas menengah sudah lebih besar dibandingkan jumlah penduduk miskin maupun konglomerat. Kemitraan antara sektor besar, menangah dan kecil berjalan lebih baik. Kemitraan itu juga didukung oleh infrastruktur, tata ruang, reforma Agraria, kebijakan fiskal, moneter dan pasar modal yang mendukung.
Hasilnya, sektor agroindistri berkembang dan terjadi peningkatan kemakmuran di pedesaan karena dukungan perkembangan Iptek yang lebih tinggi pada agroindustri. Namun, permasalahan ekonomi yang berdampak kepada kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial serta korupsi masih menjadi tantangan yang cukup besar.
Dalam skenario kepulauan, disebutkan pada 2045 Indonesia tetap eksis di tengah-tengah peradaban modern dunia sebagai bangsa yang multi etnis, multi kultur, bangsa plurais dengan kadar nasionalis yang tipis.
Bangsa Indonesia semakin tidka menjiwai kesepakatan dasar bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Kekuatan militer pun sudah besar, namun belum efektik dan efisien karena teknologi dan penguasaannya tidak sesuai lagi dengan jamannya.
Indonesia disibukkan dengan pengamanan poros maritim dunia dan eksplorasi bawah laut yang dilakukan negara lain di sekitar Indonesia. Regionalisasi pengaturan operasional penerbangan wilayah udara Indonesia pun masih dikendalikan oleh negara tetangga. Dampaknya, kedaulatan Indonesi banyak diatur oleh negara lain, kata Panutan.
Dalam skenario air terjun, Indonesia di tahun 2045 sudah mulai dengan perencanaan pembangunan yang berbasis rendah karbon dan mengadaptasi pemanfaatan ruang berdasarkan penataan ruang wilayah yang baik. Pemerintah secara bertahap mencoba meninggalkan praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan pada keuntungan jangka pendek dan lebih mencoba cara-cara yang lebih ramah lingkungan.
Buku setebal 52 halaman, yang ditulis tim internal Lemhannas RI, yakni Didin S Damanhuri, Panutan S Sulendrakusuma, Syahrul Ansory dan Timotheus Lesmana W diluncurkan oleh Gubernur Lemhannas, Budi Susilo Soepandji.
Budi Susilo Soepandji mengatakan, buku itu memberikan gambaran tentang berbagai kemungkinan Indonesia pada Tahun 2045.
"Kita berharap, di usianya ke-100 tahun Indonesia merdeka pada 2045, Indonesia akan tampil sebagai negara yang maju dan kuat sebagaimana yang dicita-citakan para pendiri bangsa," kata Budi dalam sambutannya.
Namun demikian, perlu disadari bahwa berbagai dinamika perubahan dalam lingkup nasional, regional maupun global yang nantinya akan mempengaruhi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Lemhannas RI membentuk tim kajian untuk menyusun skenario yang menggambarkan Indonesia di tahun 2045 dengan menggunakan metode skenario transformatif.
Dengan berbagai tahapan dalam penyusunan buku skenario ini, dihasilkan empat skenario yang disimbolisasikan dengan skenario 'mata air', skenario 'sungai', skenario 'kepulauan' dan skenario 'air terjun'.
"Keempat skenario ini menjadi penting bila kita melihatnya sebagai 'early warning' terhadfap kemungkinan-kemungkinan kondisi bangsa ini di masa depan," katanya.
Oleh karena itu, tambah dia, seluruh pemangku kepentingan harus mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang digambarkan di setiap skenario agar bersama-sama dapat menjamin dan memastikan bahwa tujuan terbentuknya NKRI tetap dapat terwujud.
"Keempat skenario ini hanya gambaran berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Ini tergantung bagaimana kemampuan, tekad, dan kecerdasan kita dalam mengelola dan memanfaatkan peluang dan tantangan dalam kerangka NKRI di masa depan," tutur Gubenur Lemhannas.
Peluncuran buku itu merupakan awal pekerjaan besar Lemhannas RI yang harus disikapi dengan kerja keras dan kerja cerdas disertai dengan konsistensi dan komitmen jangka panjang yang tidak dapat dibatasi oleh waktu.
Salah satu penulis buku, Panutan S Sulendrakusuma, menyebutkan, skenario adalah kisah tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan, dimana esensi dari proses skenario adalah aktor-aktor utama dari sistem yang sedang dipelajari tentang apa yang terjadi, dapat terjadi dan yang perlu terjadi dalam sistem tersebut.
Skenario Indonesia 2045 ini menggunakan orientasi transformatif, dimana perencanaan dibutuhkan apabila pengambil kebijakan menghadapi kondisi dengan tiga karateristik.
"Metode yang digunaka untuk mengembangkan skenario ini adalah metode induktif. Pemilihan metode ini karena lebih kreatif, meski prosesnya lebih sulit dibandingkan metode deduktif," ujar Panutan.
Dalam skenario Indonesia 2045, dihasilkan empat skenario yang disimbolisasikan dengan skenario 'mata air', skenario 'sungai', skenario 'kepulauan' dan skenario 'air terjun'.
Dalam buku itu tertuang bahwa Skenario mata air, dimana pada tahun 2045, Indonesia diisi oleh generasi baru yang memiliki pandangan berbeda dari generasi pendahulunya.
Mempertahankan kesatuan NKRI haru lebih didasarkan pada prinsip fungsional dibandingkan integrasi historis. Namun demikian, kebijakan publik masih diwarnai oleh pencampuran kepentingan bisnis dan politik, sehingga suhu politik sering meningkat.
Di tingkat daerah, kualitas institusi dan sumber daya manusia yang masih belum merata menyebabkan tidak hanya sering terjadi korupsi, tetapi juga menimbulkan gesekan sosial antara putra daerah dan pendatang sebagai akibat persaingan untuk memperoleh sumber daya ekonimi.
"Ketimpangan antardaerah masih terjadi sehingga aspirasi memisahkan diri kadang-kadang masih terdengar," kata Panutan.
Dalam skenario sungai disebutkan, bahwa Indonesia di tahun 2045 telah mampu keluar dari ancaman 'failed state' karena pada waktu itu Indonesia telah menjadi negara industri yang cukup maju dengan struktur ekonomi 'belah ketupat'.
Jumlah kelas menengah sudah lebih besar dibandingkan jumlah penduduk miskin maupun konglomerat. Kemitraan antara sektor besar, menangah dan kecil berjalan lebih baik. Kemitraan itu juga didukung oleh infrastruktur, tata ruang, reforma Agraria, kebijakan fiskal, moneter dan pasar modal yang mendukung.
Hasilnya, sektor agroindistri berkembang dan terjadi peningkatan kemakmuran di pedesaan karena dukungan perkembangan Iptek yang lebih tinggi pada agroindustri. Namun, permasalahan ekonomi yang berdampak kepada kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan sosial serta korupsi masih menjadi tantangan yang cukup besar.
Dalam skenario kepulauan, disebutkan pada 2045 Indonesia tetap eksis di tengah-tengah peradaban modern dunia sebagai bangsa yang multi etnis, multi kultur, bangsa plurais dengan kadar nasionalis yang tipis.
Bangsa Indonesia semakin tidka menjiwai kesepakatan dasar bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Kekuatan militer pun sudah besar, namun belum efektik dan efisien karena teknologi dan penguasaannya tidak sesuai lagi dengan jamannya.
Indonesia disibukkan dengan pengamanan poros maritim dunia dan eksplorasi bawah laut yang dilakukan negara lain di sekitar Indonesia. Regionalisasi pengaturan operasional penerbangan wilayah udara Indonesia pun masih dikendalikan oleh negara tetangga. Dampaknya, kedaulatan Indonesi banyak diatur oleh negara lain, kata Panutan.
Dalam skenario air terjun, Indonesia di tahun 2045 sudah mulai dengan perencanaan pembangunan yang berbasis rendah karbon dan mengadaptasi pemanfaatan ruang berdasarkan penataan ruang wilayah yang baik. Pemerintah secara bertahap mencoba meninggalkan praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan pada keuntungan jangka pendek dan lebih mencoba cara-cara yang lebih ramah lingkungan.