Sigli (ANTARA) - Petani garam yang tersebar di Kabupaten Pidie mampu memproduksi garam secara tradisional sebanyak 18 ton per hari dengan produksi rata-rata per pondok 50 kilogram per hari, kata Hamzah.
Pembina Asosiasi petani garam Kabupaten Pidie, Hamzah Hamid di Sigli, Senin mengatakan petani garam di wilayah setempat mampu memproduksi garam 50 kilogram sampai 60 kilogram dengan dua kali produksi dalam sehari.
"Mereka para petani produksi garam tersebar di enam kecamatan yang berada di pesisir pantai," kata Hamzah Hamid.
Ia merincikan, pondok atau pabrik usaha garam itu sebanyak 360 unit, yakni ada di Kecamatan Kembang Tanjong, di Simpang Tiga, Kota Sigli, Batee, Kecamatan Pidie, dan di Muara Tiga.
Selain itu, Toke garam di daerah setempat ada yang mengirim keluar daerah seperti Sabang, Nagan Raya, Bener Meriah dan Takengon sebanyak dua ton per minggunya.
Petani garam di Simpang Tiga, Tgk Fauzi mengatakan garam yang telah diproduksi diambil oleh puluhan pedagang keliling atau Mugee dengan harga Rp4 ribu hingga Rp7 ribu perkilo dijual ke desa untuk dikonsumsi masyarakat.
"Kami berharap pemerintah tidak memasok garam dari luar sehingga petani garam tradisional bisa sejahtera, disamping itu mereka mampu memproduksi garam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Tgk Fauzi.
Kadis DKP Pidie, Safrizal menargetkan produksi garam tahun 2022 sebanyak 3.990 ton dari capaian sebelumnya pada tahun 2021 sekitar 3.809,44 ton.
"Pihaknya akan meningkatkan produksi garam dengan teknologi geomembran agar petani garam tidak lagi membeli bibit dari luar daerah dengan harga tinggi, sehingga petani bisa mandiri dan lebih sejahtera,” katanya.