Langsa (ANTARA Aceh) - Bagi anda pecinta kuliner khususnya pengemar sop sekengkel--tulang kaki sapi maupun iga-iga, cobalah mampir ke Warung Sekengkel Mbak Mis di Desa Asam Petik Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa. Hanya butuh waktu 10 menit atau sekitar 3,5 Km dari pusat kota, anda telah tiba di sebuah rumah makan sederhana namun memiliki pelayanan prima dan terpenting bercita rasa tinggi.
Dijamin, lidah anda akan bergoyang menikmati sajian sop sekengkel, iga-iga maupun bakso yang terjadi. Ramuan bumbu berasal dari rempah-rempah nusantara merupakan keutamaan atas cita rasa dari warung ini.
Misiem, pemilik warung kala berbincang dengan aceh.antaranews.com, Kamis menuturkan, usaha kulinernya itu dimulai sejak tahun 2003. Awalnya hanya disebuah bangunan berukuran 3x4 meter saja. Perlahan tapi pasti, usahanya berkembang hingga saat ini telah memiliki luas bangunan sekitar 10x11 meter persegi.
''Ini usaha sederhana, kami rintis dari bawah hingga kini alhamdulillah sudah maju dan ramai pelangganannya. Soal harga masih standar dan sangat terjangkau,'' tutur Mbak Mis--sapaan Misiem didampinggi suami Suyetno.
Untuk semangkuk sop sekengkel hanya dibandrol Rp 25 ribu saja. Bila tambah nasi putih menjadi Rp 28 ribu. Sop iga-iga bakso juga seharga Rp 25 ribu dan butuh Rp 3 ribu rupiah lagi jika anda menikmatinya dengan nasi putih. Sedangkan bakso urat plus hati dan daging ayam cukup merogoh kocek Rp 12 ribu rupiah.
Mbak Mis juga menyediakan, miso babat, ayam penyet, ayam bakar dan mie pangsit serta aneka minuman segar lainnya yang harganya cukup murah bila dibanding dengan tempat wisata kuliner di kota lainnya.
Diakui mbak Mis, pelanggan yang datang tidak hanya dari Kota Langsa saja. Kabupaten tetangga seperti Aceh Timur, Aceh Tamiang, Lhokseumawe maupun Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh pernah bertandang ke lokasi usahanya itu. Begitu juga dari luar Aceh, seperti Pangkalan Susu, Pangkalan Berandan, Tanjung Pura, Stabat hingga Kota Medan.
Walau kedatangan orang luar Kota Langsa itu, tidak tetap atau mampir ketika melintas di Kota Langsa saja. Namun, pelanggan tetap warung Mbak Mis cukup ramai. Dengan enam orang karyawan kerap mereka kewalahan melayani pengunjung yang datang, terlebih saat masuknya jam makan siang.
Mbak Mis berujar, bahan pembuatan bakso di tempatnya terbuat dari daging sapi dan ayam murni. Tidak ada campuran atau daging tak halal lain seperti yang kerap diisukan belakangan ini. Pembuatannya juga alami, tidak ada bahan pengawet dalam pembuatan bakso dimaksud.
''Insya Allah halal mas. Daging sapi dan ayam asli untuk baksonya. Walau sempat ada kabar kalau kami jual bakso dari daging kucing dan monyet. Itu fitnah yang dialamat pada kami, mungkin karena saingan usaha mas,'' papar Mbak Mis miris.
Akibat hembusan isu tak sedap dimaksud, Mbak Mis mangaku omset penjualannya menurun. Biasanya, dia bisa meraup penjualan hingga Rp 5 juta perhari. Tetapi, akibat isu yang dihembuskan oknum tertentu dirinya hanya mendapat Rp 3 juta perharinya. ''Ya, omset berkurang. Tapi Allah maha mengetahui, ini cobaan buat kami. Ada hikmah dibalik ini semua,'' jelas Misiem.
Dia menegaskan bahwa masyarakat Kota Langsa dan sekitarnya untuk tidak perlu ragu dengan kehalalan daging yang digunakan untuk bahan bakso maupun bahan lain sebagai menu di warungnya. ''Jangan ragu, Insya Allah 100 persen halal,'' tegasnya.
Sementara, beberapa pelanggan mbak Mis yang coba dikonfirmasi menyatakan mereka tidak terpengaruh dengan isu bakso daging kucing atau moyet. Karena, mereka yakin apa yang disajikan mbak Mis adalah daging asli dan soal isu hanya persaingan usaha yang kerap terjadi.
''Itu isu murahan. Ini saya pesan bakso plus ayam. Dagingnya empuk, kuahnya juga sedap. Dari rasa dagingnya tak ada berubah. Jadi yang diisukan itu tidak benar,'' tutur Sari, seorang mahasiswi warga Gedubang Jawa Kecamatan Langsa Baro itu sambil melahap hidangan bakso kesukaannya.
Lain lagi Farid, anak muda yang tinggal di Pekan Langsa ini memang ketagihan untuk mengkonsumsi sekengkel. Dalam seminggu, ia bisa tiga kali mengunjungi warung mbak Mis untuk mneyantap menu favoritnya itu. Soal isu daging monyet atau kucing yang berhembus, dengan simpel aktivis muda ini menepisnya.
''Kalau usaha sudah maju banyak yang iri termasuk persaingan bisinis dibidang kuliner. Dulu bakso Wong Solo digosipkan pakai celana dalam ditempat kuah bakso. Eh, makin laris aja bakso itu hingga tutup karena pemiliknya terlilit hutang,'' terang Farid seraya mengakui dirinya merasa puas atas pelayanan di warung mbak Mis dan hidangan terjadi juga maknyos.
Nah, bagi anda yang belum pernah mencicipi sop sekengkel maupun bakso urat dan menu lainnya di warung ini, silahkan berkunjung segera. Tapi ingat jangan kesorean, karena puncaknya pengunjung pada waktu makan siang. Selamat menikmati.