Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Cabai kering impor asal India mendominasi kebutuhan di sejumlah pasar tradisional di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, karena permintaannya tinggi, terutama untuk kebutuhan bumbu dapur dan usaha kuliner.
Furqan salah seorang pedagang di pasar pagi Lhokseumawe, Minggu menyebutkan, setiap hari dirinya mampu menghabiskan 15 kilogram cabai kering yang sebagian besar untuk para penjual bumbu dapur giling dan juga kebutuhan rumah tangga.
Tambahnya, cabai kering yang dijualnya merupakan jenis cabai kering impor. Umumnya didatangkan dari India, dengan ciri-ciri bentuknya sangat khas, yaitu panjang dan besar, sedangkan cabai lokal jarang yang dikeringkan dan juga bentuknya kecil serta keriting.
Sementara mengenai harganya, jenis cabai kering dijual oleh pedagang dengan harga Rp42 ribu per kilogram. Selain itu, harganya cenderung stabil dan jarang terjadi lonjakan seperti cabai merah segar, katanya.
"Harga cabai kering selalu stabil dan jarang terjadi lonjakan seperti jenis cabai merah lainnya, sehingga para penjual bumbu dapur giling, lebih memilih jenis cabai ini bila dibandingkan dengan jenis cabai merah segar," jelas Furqan.
Bahkan, lanjut pedagang itu, jika harga cabai merah segar mengalami lonjakan harga, maka tingkat kebutuhan cabai kering meningkat drastis. Meskipun pada saat-saat tertentu, permintaannya meningkat tajam, akan tetapi harganya tetap stabil.
"Harganya tetap stabil, walau terkadang permintaannya lebih tinggi dari biasanya," katanya.