Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan telah memiliki koleksi mikroba sebanyak lebih dari 30 ribu isolate yang digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN, Ahmad Fathoni, dalam webinar Series on Applied Microbiology #16, mengharapkan dengan penguasaan teknologi yang tepat dan database genom mikroba, maka riset rekayasa mikroba di Indonesia dapat diakselerasi.
"Oleh karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk meningkatkan karakter strain mikroba unggul, sehingga sesuai dengan kebutuhan industri, yaitu melalui teknologi metabolic engineering mikroba target," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Fathoni menjelaskan bahwa koleksi mikroba itu sangat potensial untuk diidentifikasi kegunaannya.
BRIN telah mengoleksi berbagai jenis mikroba unggul atau wild type sebagai bahan penghasil senyawa metabolit juga kandidat enzim. Namun, masih terdapat celah untuk produktivitas mikroba dalam skala industri.
Associate Profesor dari School of Biotechnology Suranaree University of Technology (SUT) Thailand, Kaemwich Jantama, mengatakan mikroba memiliki kemampuan dalam menghasilkan senyawa kimiawi dari berbagai bahan.
Untuk itulah rekayasa mikroba akan sangat berguna dalam mengoptimalkan proses biosintesis senyawa tertentu di dalam sel.
"Mikroba memiliki kemampuan untuk mengendalikan ekspresi gen yang diinginkan dan inaktivasi gen yang tidak diharapkan. Salah satu contoh rekayasa metabolik dari Klebsiella oxytoca dapat menghasilkan 2,3 Butanediol lebih tinggi dari wild type dalam media garam," kata Jantama.
Lebih lanjut Fathoni berharap BRIN bisa melakukan transfer of knowledge ataupun kolaborasi riset dengan Suranaree University of Technology (SUT) Thailand dengan mengundang para ahli, mengirim staf periset untuk studi doktoral atau bahkan mengikuti short training dengan skema peningkatan kompetensi yang ada di BRIN.