Kepala Biro ANTARA Jatim Rachmat Hidayat mengharapkan pelatihan jurnalistik kali ini minimal dapat mengingatkan kembali bagaimana menjaga marwah kode etik jurnalistik dalam melaksanakan tugas di lapangan, khususnya menjelang pesta besar masyarakat Indonesia dalam kegiatan Pemilu 2024 mendatang.
"Semoga apa yang kita diskusikan bagaimana insan jurnalistik dalam melaksanakan tugas dan memberantas Hoaks bisa diimplementasikan secara nyata," kata Rachmat.
Sementara itu, salah seorang narasumber dari Perum LKBN ANTARA Edy M Yakub dalam paparannya menjelaskan bahwa pada tahun politik informasi bohong atau hoaks akan selalu bertebaran di dunia digital dan sebagai wartawan harus menjadi benteng.
"Masyarakat sangat mudah terkecoh hanya dengan gambar, terlebih gambar potongan, apalagi ditambahi dengan narasi yang diplesetkan tidak sesuai fakta dan ini akan sering terjadi di tahun politik," ucap pria yang juga seorang penulis buku "Kesalihan Digital" tersebut.
Selain itu, lanjutnya, saat ini ada "perang' informasi antara media massa melawan media sosial.
"Perbedaannya media massa melalui wartawannya akan melakukan verifikasi informasi, sementara media sosial terkadang informasinya belum terverifikasi," katanya lagi.
Menurut wartawan senior ANTARA tersebut, media sosial itu berjalan sangat cepat dan seluruh informasi ditangkap semua namun terkadang etika diabaikan.
"Semua itu dilakukan karena mencari pengunjung yang banyak atau istilahnya click bait," tuturnya.
Oleh karena itu, kata dia, media massa jangan sampai meniru media sosial dan hindari copy paste (copas) dari media sosial tanpa adanya verifikasi.
"Karena pers itu sebagai salah satu pilar ke-4 demokrasi dan seharusnya media massa menjadi penjaga yang berlandaskan kebenaran dan etika," ujarnya.
Dan juga wartawan harus mengantisipasi isu SARA, Komunis dan kampanye hitam di dunia politik, kata Edy M Yakub.
Baca juga: ANTARA terima penghargaan dari Wapres atas konsistensi berita berkelanjutan stunting