Banda Aceh (ANTARA) - Pertamax sering kali menjadi pilihan para pengguna kendaraan karena kelebihannya dalam meningkatkan tenaga, mengoptimalkan konsumsi bahan bakar, serta mengurangi permasalahan mesin.
Pilihan tersebut juga diambil oleh Khairuddin warga Aceh Besar yang menggunakan bahan bakar berkualitas jenis Pertamax untuk kendaraan roda empatnya tersebut. Di mana sebelumnya dia juga telah mendapat saran dari awak bengkel untuk menggunakan bahan bakar berkualitas.
Ia menjelaskan performa kendaraan yang dikendarainya lebih responsif setelah menggunakan bahan bakar minyak jenis Pertamax yang memiliki bilangan oktan yang tinggi dan melindungi mesin lebih awet.
Baca juga: Pertamina sales Aceh luncurkan Perta mangrove
Begitu juga dengan tekadnya dalam ikut serta menjaga lingkungan terutama hutan bakau atau mangrove yang berfungsi menjaga erosi pantai dan keberlangsungan biota laut.
Dirinya sangat mengapresiasi dengan program menjaga hutan bakau agar tetap lestari di Aceh salah satunya lewat program Perta mangrove sebagai upaya mengikutsertakan masyarakat dalam berkontribusi menjaga hutan mangrove sehingga provinsi ujung paling barat Indonesia itu lebih hijau.
“Alhamdulillah selain menggunakan bahan bakar berkualitas untuk menjaga kendaraan saya tetap prima, saya juga bisa terlibat dalam menjaga lingkungan yakni ada sedikit dari pembeliannya disumbangkan untuk penanaman bibit mangrove,” katanya.
Baginya menjaga mesin dan lingkungan adalah dua hal yang tidak dipisahkan karena lingkungan hijau dan bersih serta asri menjadi keinginan semua insan dan harta yang paling berharga untuk dinikmati anak cucu nantinya.
Sebagai BUMN yang mendukung komitmen pemerintah dalam percepatan pemulihan lingkungan, Pertamina meluncurkan Program Spiritual Marketing dengan tema Perta Mangrove.
Lewat program tersebut, Pertamina mengajak konsumen setia Pertamax Series dengan MyPertamina untuk ikut serta membangun hutan dan konservasi mangrove di Aceh.
Sales Branch Manager 1 Aceh Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Muhammad Yoga Prabowo mengatakan setiap transaksi Pertamax Series via aplikasi MyPertamina, konsumen turut menyumbangkan Rp19 per liter dari dana tersebut untuk menghasilkan perubahan positif lingkungan di hutan mangrove Aceh.
Ia menjelaskan Perta Mangrove merupakan bagian dari edukasi untuk mengajak konsumen agar menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) berkualitas yaitu Pertamax dan Pertamax Turbo dan penggunaan cashless dengan MyPertamina.
“Artinya setiap masyarakat yang membeli bahan berkualitas sudah ikut serta berkontribusi untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove dan hutan lindung di provinsi ini,” katanya
Ia menuturkan program tersebut berlaku di seluruh SPBU di wilayah Aceh dan dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober, 26 November dan 20-24 Desember 2023.
Kemudian dalam peringatan Tsunami Aceh ke-19, Pertamina akan melaksanakan penanaman bibit mangrove bersama Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya pada 26 Desember.
"Jadi penanaman bibit mangrove ini berbarengan dengan peringatan Tsunami Aceh yang ke-19. Targetnya kita ingin tanam 19 ribu bibit, 10 ribu bibit mangrove ditanam di Lampulo Banda Aceh dan 9 ribu tumbuhan lainnya di Tahura Saree," katanya.
Baca juga: Disbudpar dukung pengembangan ekowisata mangrove Aceh Jaya
Ia juga mengajak seluruh komponen untuk bergerak bersama-sama untuk mengatasi perubahan iklim, mengurangi jejak karbon di lingkungan serta melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati dengan keadaan hutan mangrove yang terjaga dan terus melakukan penanaman bibit yang lebih luas untuk menikmati hidup sehat di Aceh yang lebih hijau.
Kepala Dinas (Kadis) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Aceh A Hanan menyampaikan apresiasi atas program yang dicanangkan oleh Pertamina Aceh tersebut dalam berkontribusi menjaga hutan mangrove di provinsi setempat.
“Kegiatan ini merupakan salah satu langkah strategis karena hutan mangrove mampu menyerap karbon enam kali lipat dari hutan biasa dan penanaman mangrove ini juga dapat mengurangi erosi,” katanya.
Ia menyebutkan luas hutan mangrove yang tersebar di seluruh provinsi ujung paling barat Indonesia itu saat ini seluas 36 ribu hektare dan potensi untuk dikembangkan di provinsi itu seluas 26 ribu hektare.
Mari bersama berkontribusi merawat dan menjaga Aceh yang lebih hijau.
Baca juga: Akademisi: Ekosistem mangrove Aceh perlu dilindungi sebagai habitat asuhan udang windu