Banda Aceh (ANTARA) - Pakar ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof Mukhlis Yunus meminta Pemerintah Aceh untuk menggarap agroindustri dari sisa dana otonomi khusus (Otsus) Aceh yang tersisa tiga tahun lagi hingga 2027.
"Agroindustri perlu dikembangkan, karena bisa membuka lapangan kerja dan dapat menghasilkan nilai tambah," kata Prof Mukhlis Yunus di Banda Aceh, Senin.
Pernyataan itu disampaikan Prof Mukhlis Yunus kepada awak media saat ditanyakan mengenai saran pemanfaatan sisa dana otsus Aceh yang sudah berkurang satu persen dan hendak berakhir pada 2027.
Dirinya mengatakan, Aceh memiliki potensi di sektor pertanian, hanya saat ini tidak dimanfaatkan atau belum dioptimalkan menjadi agroindustri atau kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku.
Prof Mukhlis menyampaikan, Aceh merupakan yang luas dengan swasembada pangan, terutama di sektor persawahan. Tetapi sangat disayangkan kemudian beras untuk Aceh dikirim dari Medan, Sumatera Utara.
"Gabah dari kita, lalu diolah di Medan kemudian baru balik lagi ke Aceh. Sehingga nilai tambahnya dinikmati oleh masyarakat di luar Aceh itu sendiri," ujarnya.
Selain itu, dirinya juga menyarankan pemerintah mengembangkan potensi pariwisata yang cukup menarik di Aceh, dan sektor itu juga sangat bernilai ekonomi. Sepertinya hal nya provinsi Bali.
"Bali tidak banyak yang diandalkan, hanya alam dan keramah-tamahan masyarakat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi yang menikmati indahnya Bali," katanya.
Karena itu, dirinya berharap sektor-sektor tersebut dapat dioptimalkan sebaik mungkin oleh Pemerintah Aceh, sehingga membantu meningkatkan perekonomian daerah paling barat Indonesia ini.
"Maka, Industri-industri yang berbasis pada kekuatan alam Aceh itu semestinya harus menjadi perioritas," demikian Prof Mukhlis Yunus.
Baca juga: Prabowo kembalikan dana Otsus dua persen meski kalah di Aceh