Banda Aceh (ANTARA) - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Provinsi Aceh melibatkan 20 desainer grafis vektor untuk melakukan digitalisasi ragam hias pada nisan dan manuskrip Aceh.
"Kita ajak para kreator muda yang punya bakat vektor grafis untuk membuat digitalisasi ornamen yang terdapat pada nisan dan manuskrip Aceh," kata Kepala BPK Wilayah I Aceh Piet Rusdi di Banda Aceh, Jumat.
Piet mengatakan upaya digitalisasi tersebut melibatkan komunitas seniman Aceh yang memiliki koleksi manuskrip dan nisan. Harapannya, kegiatan kolaborasi ini dapat menjadi regenerasi pengetahuan.
"Kita melibatkan seni rupa ahli yang tergabung dalam komunitas. Nantinya mereka akan transfer pengetahuan kepada vektor grafis muda yang melakukan pendokumentasian," ujarnya.
Selain regenerasi pengetahuan, Piet berharap digitalisasi ornamen tersebut bisa memberikan dampak positif yang lebih luas terhadap perekonomian masyarakat Aceh.
Menurutnya, digitalisasi itu bisa berdampak baik terhadap ekosistem ekonomi. Karena ornamen pada nisan Aceh ini bisa diajarkan kepada pengrajin.
"Akhirnya nanti bisa muncul banyak pengrajin, dan itu dapat meningkatkan ekonomi masyarakat," katanya.
Menurut Piet, selama ini ragam hias yang dikenali masyarakat Aceh masih terbatas. Berbagai produk souvenir yang dibuat pengrajin kebanyakan hanya menggunakan ornamen pinto (pintu) Aceh.
Padahal, banyak ornamen yang bisa digunakan jika dilihat pada nisan dan manuskrip Aceh. Tetapi, karena keterbatasan pengetahuan, pengrajin hanya memiliki konsep pinto Aceh saja.
"Kalau lihat produk oleh-oleh selama ini kan cuma menggunakan pinto Aceh, padahal ada banyak ornamen lainnya. Maka, digitalisasi ini bisa meningkatkan pengetahuan pengrajin," demikian Piet Rusdi.